
gambar dari sini
Kantor saya dekat sekali dengan salah satu SMPN di Jakarta Selatan. Kalau pulang atau pergi sering saya lewat di depannya, dan ketika pagarnya terbuka, terlihatlah lapangan SMP yang cukup luas menampung seluruh anak-anak kalau upacara bendera.
Teringat pada SMP saya dulu. Punya lapangan yang luas juga. cukup untuk main basket dan voli kalau lagi kegiatan classmeeting. Mengingat-ingat masa SMP, teringat pada salah satu gebetan waktu SMP. Gak jauh-jauh. kakak kelas sendiri. Entah kenapa waktu jaman SMP dan juga SMA itu ya…rasanya banyaaak banget kakak-kakak kelas yang terlihat ganteng dan bikin deg-degan. Hehehe….
Namanya Iwan. Saya bahkan tidak tau nama lengkapnya siapa. Saya baru masuk kelas 1 SMP, dia kelas 3. Anggota tim basket sekolah juga, jadi kebayang kan posturnya seperti apa. Awalnya saya tidak pernah sadar akan kehadirannya sampai suatu saat kami harus menghadapi THB (sekarang namanya UTS atau UAS), murid-murid disetting untuk duduk dengan kakak kelas. Jadi kalau saya kelas 1-5, maka duduknya ya sebangku dengan kelas 3-5. Katanya untuk menghindari mencontek, karena otomatis soal THBnya berbeda dong ya. Ahahaha….strategi sekolah tinggallah strategi. Selalu ada jalan tikus untuk mencontek π
Saya pun kebagian duduk dengan dia. Setiap hari selama THB seminggu saya selalu bersamanya. Buat saya dia lumayan ganteng untuk ukuran saat itu. Konsen sih konsen pas THB, sampai suatu hari saya lupa saya melontarkan kata-kata apa saat ngobrol di bangku berdua dia, dan dia merasa kata-kata saya lucu. Dia spontan tertawa dan tangannya mengacak-acak rambut saya dengan sayang. Duh…perempuan mana yang gak deg deg ser ya disayang-sayang dengan cara seperti itu. Mungkin dia menganggap saya adik. Campur aduk di dada ini. Senang, gembira, gemetar, deg-degan jadi satu. Walaupun saat itu saya masih anak ingusan berusia 12 tahun. Dan sejak saat itulah saya menjadikan dia gebetan saya. Mungkin bisa dibilang gebetan pertama saya hehe.
Sesudah masa THB itu, jika berpapasan di sekolah, dan dia memanggil nama saya, saya hanya bisa tersenyum dan lidah menjadi kelu. Kalau sekarang mungkin rasanya kalau kita ngefans sama Brad Pitt trus mendadak Brad Pitt manggil kita ya (yakin cuma kelu?Enggak sekalian pingsan situ dipanggil ama si Brad Pitt?)
Sekarang sudah 27 tahun berlalu. Entah di mana kak Iwan (begitu cara kami memanggil kakak kelas). Mencari via sosial media pun percuma. Saya tidak tau nama panjangnya. Saya pun tidak tau nama teman-teman sekelasnya. Ada miliaran nama Iwan di luar sana. Harapan untuk bisa menemukannya di dunia maya tentu ada. Bukan untuk menjalin apa-apa. Hanya untuk bernostalgia….yang tidak terlarang tentunya.
Di manapun kak Iwan berada….mudah-mudahan masih dalam keadaan sehat, dan sukses. Terima kasih sudah pernah menjadi “fuel” saya untuk rajin ke sekolah setiap hari (demi curi curi pandang padanya π ). Terima kasih sudah pernah mengisi masa remaja saya dengan kenangan indah. Ya Allah….mudah-mudahan kak Iwan membaca tulisan ini….amiin….
ah, saya jadi sedih bacanya mbak… karna sudah baca bagian keduanya π¦
semoga keluarga yang ditinggal dikuatkan.
LikeLike
mbak makasih sudah mampir BW ke blogku ini ya. Iya, apalagi saya mbak, sedihnya ampun2an. Sekarang tinggal kirim doa yang terbaik untuk almarhum aja yang bisa saya lakukan…. Maaf udah bikin mbak sedih ya, π
LikeLiked by 1 person
ada saja caranya biar kita tau ya mbak. dan pastinya, itu yang terbaik. saya senang mampir random, karena tidak ikut dari awal ngeblog. Enggaklah mbak, mbak betul, kalo yang baca saja sedih, gimana yang ada dalam cerita.
LikeLike
Iya, Tuhan bekerja dengan tangan-Nya. Sudah ditentuin jalan supaya aku tau keadaan almarhum dengan cara seperti yg kutulis di artikel, hiks π¦ Terima kasih ya mbak
LikeLike