Pengalaman Menggunakan BPJS (bukan rawat inap)

Siapa yang sudah pernah nyoba berobat pakai BPJS? Saya pengen berbagi pengalaman aja, waktu beberapa kali berobat ke Puskesmas dengan menggunakan fasilitas BPJS ini. Cerita ini kebetulan dalam kasus non rawat inap ya. Hanya berobat biasa dan istirahat di rumah.

Pertama kali waktu bawa Alun berobat karena kecapean sepulang dari jalan-jalan ke Taman Nasional Gunung Halimun. Datang ke Puskesmas yang letaknya dekat rumah, sebuah Puskesmas yang tergolong kecil dan jauh dari berjubel-jubelnya pasien. Kemudian kami mendaftar. Setelah meletakkan kartu BPJS di kotak yang disediakan di loket, saya kemudian dipanggil petugas. Ditanya siapa nama kepala keluarganya, apakah sudah pernah berobat ke sini sebelumnya, dan RT RW berapa? Ternyata di Puskesmas ini, pasien dikategorikan berdasarkan RT RW. Dalam satu buah kartu besar, tertulis nama-nama warga yang ada di RT RW yang bersangkutan.

Setelah menunggu dipanggil, tibalah saatnya. Ternyata bukan dipanggil masuk ke ruang dokter, tapi dipanggil oleh perawat untuk mengukur tensi, tinggi dan berat pasien, sambil ditanyakan apa penyakit yang diderita. Kebetulan lokasi meja perawat yang mengukur tensi ini, berada di luar ruang dokter, dekat dengan ruang tunggu pengunjung. Karena Puskesmasnya kecil, jadi kalau perawat tanya kita sakit apa gejalanya apa, satu ruang tunggu bisa tau semua hehe.

Setelah diukur tensi, kembali menunggu. Setelah itu, tibalah saatnya, dipanggil ke ruang dokter. Bayangan saya akan dokter Puskesmas yang akan biasa-biasa aja, pasif dan ala kadarnya, lenyap sudah karena dokter Tjahjo. Ya, itulah nama dokter tetap di Puskesmas dekat rumah kami ini. Beliau sudah cukup tua, sekitar 50 tahun. Namun untuk urusan komunikasi dengan pasien, gak kalah sama dokter-dokter swasta yang membeberkan apapun secara panjang lebar, gak pelit ngomong, dan analisanya logis. Wow, pelayanan negeri rasa swasta ini mah. Dokter Tjahjo menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada Alun karena kecapeannya ini, kemudian apa saja makanan yang sebaiknya dihindari dulu karena perut Alun masih sakit ditambah diare. Ketika menulis resep pun, dokter gak pelit menjelaskan apa saja obat yang akan ia berikan ke Alun. Setelah selesai berkonsultasi dengan hati yang puas, kami keluar ruang dokter dan menuju apotik. Ambil nomor antrian dulu di sini, dan kertas resep diletakkan dalam sebuah kotak. Setelah menunggu, tibalah giliran saya dipanggil untuk ambil obat. Setelah selesai….saya tanya pembayarannya. Alhamdulilah gratis 100%. Obat-obatannya adalah obat Generik.

Kali kedua, kami datang ke Puskesmas ini karena gigi susu Alun sudah goyang. Alih-alih mencabut sendiri di rumah *emaknya takutan orangnya*, kami memilih ke dokter gigi di Puskesmas. Prosedurnya ada yang sedikit berbeda, yaitu tidak ada acara ukur tensi, tinggi, berat badan. Jadi, setelah daftar langsung nunggu di depan ruang dokter giginya. Ada sebuah pengumuman terpasang di pintu ruangannya: Pasien diharap membawa tissue sendiri. OK fine,….terima sajalah kondisi ini. Berobatnya sudah gratis ya tau diri aja kita mah kalo fasilitas support seperti itu kudu disiapin sendiri. Kebetulan emang sudah siap tissue juga dari rumah.

Setelah menunggu, dan dipanggil, gigi Alun pun dicabut. Dokter yang menanganinya juga cukup ramah.

Jpeg

Jpeg

Ludahnya yang masih keluar karena proses menggigit kapas steril di bagian gigi yang sudah tanggal, saya lap dengan tissue pribadi 🙂
Setelah selesai, tidak membutuhkan obat apapun. Kami keluar ruangan, dan melenggang pulang, karena……gratis. Alhamdulilah…….

Pengalaman menggunakan BPJS sungguh menyenangkan. Namanyapun emak-emak irit ya, kalo dikasih gratis-gratis begini sudah pasti girang gemirang. Mudah-mudahan ke depannya gak pernah pake BPJS lagi alias gak sakit-sakitan. Kalaupun harus menggunakan BPJS semoga prosedurnya akan selalu mudah dan ramah bagi semua warga negeri ini. Amiiin……
signature

9 thoughts on “Pengalaman Menggunakan BPJS (bukan rawat inap)

    • imeldasutarno says:

      hai wahyu. Iya memang naik. Karena aku baru perdana banget pake BPJS dan dipakenya pas iuran udah naik, jadi belum bisa compare soal peningkatan fasilitas dari yg sebelumnya 🙂

      Like

    • imeldasutarno says:

      Halo mbak, makasih udah mampir dan baca ya. Iya, gampang kok bikinnya, aku aja bikin online gak perlu antri2 ke kantor BPJSnya 🙂 Buruan bikin ya mbak dan selalu disertai doa semoga gak pernah dipakai kartunya alias sehat terus. Amiiiin…..

      Like

    • imeldasutarno says:

      mba restu dewiiii kemana ajaaa…lama gak baca postinganmu loh, yg selalu dinantikan kekomediannya setiap saat, hihihihi….. Iya alhamdulilah BPJS gratis, dan semoga pelayannnya makin hari makin membaik. Makasih ya mbak 🙂

      Like

      • restu dewi says:

        hahahaa masih di sini saja mbak.. nyari waktu duduk konsennya yg lama..

        iyaa, baca denger cerita ttg bpjs yg spt ini aja udah menghangatkan.hati. minimal masih ada upaya.diperhatikan negara.

        Liked by 1 person

    • imeldasutarno says:

      Maaf baru balas ya mas. Betul sekali. Walaupun memang denger cerita di beberapa RS atau puskesmas, kudu antri2 dulu berjam-jam demi pelayanan gratis ini, tapi gpp lah. Yg penting jantung gak dag dig dug mikirin berapa biaya yang kudu kita keluarin buat lunasin tagihan RS ya mas 🙂

      Like

Leave a comment