Pada Akhirnya Harus Memilih…..

Seringkali dalam hidup ini kita terjebak dalam dilema. Banyak hal: perjodohan, percintaan, working mom atau ibu rumah tangga, dan masih segunung hal lainnya. Pun saya mengalaminya, walau bukan masalah-masalah yang saya sebutkan di atas.

Saya punya teman sebangku waktu SMP. Sampai detik ini kami masih bersahabat baik. Sebut saja namanya Tio. Singkat cerita, hidup Tio tidak seindah orang-orang lain. Suami yang awalnya bekerja sebagai driver, harus menyerah pada penyakit stroke yang mengakibatkan Tio harus banting tulang seorang diri mencari nafkah. Tio tetap semangat dengan segala keterbatasannya. Ia simpan semua kondisi sedihnya hanya untuk dirinya dan dibagi ke beberapa sahabatnya termasuk saya.
Di hadapan anak dan suami jangan harap ia pernah menangis, selalu berusaha tegar. Agar keluarga kecilnya tetap happy dan agar suaminya tidak stress kembali sehingga bisa lebih cepat sembuh.
Argo pengobatan suami jalan terus, butuh uang tiap bulan untuk obat nonstop yang diminum, dan obat tersebut di luar coverage BPJS. Belum lagi biaya 2 anak yang bersekolah, satu SD satu lagi SMK. Belum biaya kebutuhan sehari-hari.
Di atas kertas secara logika, gaji Tio sebagai pegawai kecil di sebuah pabrik dekat rumahnya benar-benar tidak cukup untuk menghidupi itu semua. Bahkan dengan tambahan berjualan kue-kue basah setiap hari yang ia bawa ke pabrik maupun buka lapak di depan rumahnya, tetap Tio kerap mengutang gali lubang tutup lubang demi menghidupi keluarga. Tidak ada hari libur untuknya: Senin-Jumat sejak dinihari berjibaku mulai dari menyiapkan kue basah di dapur untuk jualan , urus anak mau sekolah, urus suami, kerja di kantor, pulang ke rumah ditunggu bebenah rumah+cucian+setrikaan dan masih banyak lagi.
Anaknya ia biarkan leluasa fokus belajar dan mengerjakan pe-er, tidak ia mintai bantuan untuk pekerjaan rumah walau sang anak ingin sekali membantu sang ibu. Tidur setiap hari bisa di atas jam 11 malam. Sabtu-Minggu buka lapak kue basah di depan rumah dan aktif ibadah ke gereja. Jangan ditanya capeknya ya pemirsa.
Tio ini selalu percaya pada pertolongan Tuhan dan memang dia religius (dalam agama dan kepercayaannya). Selalu yakin bahwa tangan Tuhan akan turut campur even di detik-detik terakhir ia berada dalam situasi terhimpit dan kesulitan. Selama ini ia selalu bilang agar saya selalu mendoakannya supaya bisa tetap bersabar, lancar dan semangat menghadapi beratnya beban hidup ini, karena support doa dari teman-teman terdekatnya adalah salah satu amunisinya hingga tetap bisa bertahan hidup sampai detik ini.

two-friends-hugging-clipart-2-girls-hugging-as-best-friends

friendship. Pic from clipartpanda.com

Tiba-tiba setelah saya mengikuti kisah hidupnya, saya ingiiiin…… sekali punya uang yang banyak, agar saya bisa leluasa membantu Tio. Saya sudah pernah jadi donatur kecil-kecilannya sekedar untuk membeli obat untuk suaminya, karena saat itu dia tidak tau lagi harus mencari uang ke mana, mau ngutang ke mana lagi juga dia gak tau.

Sampai suatu saat terpikir oleh saya: jika saya ikutan lomba-lomba blog dan dapat hadiah atau dapat honor dari submit tulisan ke suatu media, saya ingin kumpulkan uang itu, dan diserahkan ke Tio. Untuk mengurangi kesedihan hidupnya yang sudah berat ini.

Tapi nampaknya tidak semudah itu. Saya merasa masih punya kewajiban lain. Sampai tahun ini, ibu bapak saya belum pernah berqurban Idul Adha. Sebagai anak tentu saya merasa punya kewajiban untuk membantu mewujudkan ibadah walaupun sunnah tersebut. Untuk kebahagiaan kedua orang tua saya.

Tahun ini, 2016, ketika saya memandang kembali uang honor yang sudah saya kumpulkan  dari beberapa kali submit tulisan di media……saya galau. Dilema. Ingin sekali membantu Tio, namun saya pun ingin orangtua saya melaksanakan ibadah qurban. Ya Allah….galau rasanya. Siapa yang lebih penting? Sahabat yang berada dalam kesulitan…atau pelaksanaan ibadah yang hanya sunnah? Terselip pikiran…toh kalau sunnah masih bisa tahun-tahun depan kan, gak harus sekarang. Setelah pikiran itu, muncul pikiran lain: yakinkah tahun depan saya masih bernafas dan bisa punya rezeki lebih untuk qurban orangtua saya?

Setelah semua pikiran yang berkecamuk, saya harus memilih. Dan saya memilih…..berqurban seekor kambing untuk orangtua saya, terutama ibu. Mengapa? Sudah pada tau dong ya kalau surga itu di telapak kaki ibu?

FB_IMG_14478888632507158[1]

Beliau, yang tidak akan pernah bisa saya balas kebaikan setetes air susunya, bahkan ketika saya harus memanggul  10 gunung di muka bumi ini

Pahala memuliakan ibu tentunya sangat luar biasa dan ini diajarkan di agama manapun. Maka saya pun memilih untuk berbakti kepada beliau dulu, walau bakti ini tidak akan pernah membalas setitik air susu yang telah beliau keluarkan untuk menghidupi saya sejak kecil.
Sambil terus berdoa bahwa setelah pelaksanaan ibadah qurban tahun ini, saya masih terus diberi kesempatan oleh Yang Maha Memiliki Hidup untuk ikut membantu Tio.
Tio, i just want you to know that i am not a perfect person. Sometimes i can help you directly but sometimes i only have a prayer in my heart………

Pada akhirnya semua manusia harus menetapkan pilihan. Tentunya semua punya dampak dan konsekuensi masing-masing. Apapun pilihan itu, pastikan kita akan menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan kemantapan.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog DILEMA


20161005_195936

13 thoughts on “Pada Akhirnya Harus Memilih…..

  1. magmignonette says:

    Aku sedih baca nya 😢
    Hidup itu untaian pilihan, dimana kita selalu di haruskan memilih, bahkan untuk sekedar hal simple seperti belok kanan atau kiri di dlm perjalanan.
    Semoga sahabatnya selalu di beri kekuatan.
    Semoga yang sedang dilema yang besar juga menemukan jalan keluar. Aamiin.

    Liked by 1 person

  2. Sule says:

    Percaya ga percaya neh ya mbak, gw sering baca tulisan mbak imel. Dan selalu menyelesaikanya sampai akhir.

    Tulisan Mbak imel selalu berhasil membawa gw ngerasain apa yg lo rasain, tapi terus terang tulisan yg ini agak menyebalkan krn gw jadi inget Ibu gw dan perjuanganya setelah Bapak meninggal.

    Ga coba crowd funding mbak u bantu temenya mbak imel? Tentunya atas seijin yg bersangkutan.

    Kalau sekiranya ada yg bisa gw bantu, kalau waktunya tepat insy gw bantu. Let me know ya.

    Liked by 1 person

    • imeldasutarno says:

      Hiyaaaaa si andy ternyata jadi silent reader ogut. Haduh tempat ngumpet mana….tempat ngumpet. Malu dah ogut selama ini blog abal2 ini dibaca2 elo, hahhaha.
      Btw makasih ndy udah sempetin baca dan komen. Maaf udah bikin teringat perjuangan nyokap dan bikin elo terharu hiks…..iya pengen gw crowd funding cuma mindset tiap org kan beda2. Yg ada nanti org2 yg gw ajak malah mikir: “yaelah tiap rumah tangga kan punya kesusahan masing2, emang dia doang yg kudu diprioritasin? Kita juga punya masalah kaleee…” nantilah gw coba pikirkan lagi, usul elo ok juga. Thanks ya ndy…..

      Like

  3. Larasati Neisia says:

    Kita emang nggak akan tahu nasib kita kedepan barang sedetik aja mba. Semua Allah yang menentukan, kita mah hanya menjalankan skenarionya, makanya hidup jangan berlebihan. Kuncinya cuma ikhlas dan sebisa mungkin bermanfaat buat orang lain :’)

    Liked by 1 person

    • imeldasutarno says:

      Mbak makasih udh sempetin mampir dan ninggalin jejak. Iya bener….ga ada yg tau nasib kita bakal gmn k depan ya mbak. Mudah2an kita semua selalu bs bermanfaat utk orang sekeliling kita y mbak…amiiin

      Like

  4. Dwi Aprilytanti says:

    Jika dilema untuk berbuat kebaikan di antara kebaikan lainnya. InsyaAllah tetap mendapat pahala kebaikan mbak 🙂 semoga qurbannya diterima Allah dan sang sahabat dimudahkan pula untuk mendapat solusi dari permasalahannya…

    Liked by 1 person

  5. restu dewi says:

    blognya mba Imel itu satu dari sedikit blog yg postingannta pasti aku baca sampai kelar loh.. walau kadang lupa kasih komen..

    sedih emang, tapi bener banget satu dukungan yg sgt membantu adl doa agar selalu sehat dan ada di kala membutuhkan..

    salam ya mba buat temen dan bunda mba Imel..

    Liked by 1 person

    • imeldasutarno says:

      mba dew…ya Allah tersanjungnya diriku. Jadi terharu mbak kamu nyempetin baca tiap postinganku ampe abis. Mbak kapan nulis lagi? Udah lama nih ga ada update di blogmu. Kangen ngakak nyembur sampe Ciampea aku mbak…..
      Iya kadang2 kita cuma bisa kasih support doa ya mbak untuk siapapun yang kita sayangi yang lagi ditimpa kesusahan. Mudah-mudahan walau cuma doa tapi kalau dikabulkan sama Yang Maha Kuasa, insya Allah bisa bikin hepi bagi yang kesusahan. Makasih banyak ya mbak dewi 🙂

      Like

    • imeldasutarno says:

      mba herva iya euy, asli dilema pisan kemarin itu…sampe skr masih kepikiran sama temenku. Paling sampe skr cuma bisa bantu doa untuk dia supaya sehat dan tetap semangat menghadapi hari-harinya. Makasih sudah mampir ke postingan ini ya mbak 🙂

      Like

Leave a comment