Beberapa waktu lalu, ada kegelisahan yang saya baca di salah satu akun Instagram yang saya follow. Intinya sebagai seorang ibu yang aktif di sosmed, beliau resah dan cemas sekaligus galau, ketika ingin menampilkan fotonya bersama sang anak semata wayang. Alasan utama yang mungkin sejagad raya udah tau apalagi kalau bukan: pedofil dan oknum-oknum jahat gak jelas, mengintai dan berkeliaran di mana-mana. Betapa mudahnya zaman sekarang mencuri foto anak orang lain lalu dipergunakan untuk aneka aktivitas yang terlarang.
Flashback dikit ke tiga tahun lalu. Saya pernah mendapat pesan di inbox FB dari seorang perempuan Indonesia yang mengaku tinggal di Italia. Let’s say namanya mbak A. Dia cuma say hello dan bilang kalau dia pengen temenan sama saya. Akun FBnya meyakinkan karena dipenuhi foto anak berwajah Indonesia tetapi dengan background tempat-tempat di luar negeri gitu. Karena dia ada mutual friend dengan salah satu teman saya yang bernama mbak B, ya saya coba cari tau siapa si pemilik akun yang isi FBnya cuma foto anaknya doang itu. Ndilalah dengan gerak cepat mbak B langsung bikin postingan warning di wallnya, ngasih tau ke semua temen di FB friendlistnya kalau itu orang ternyata penipu. Dia mencuri semua foto anak milik orang lain lalu membuat sebuah akun FB baru dengan foto-foto itu. Jadi seolah-olah itu anak dia. Apalagi pose anak-anak dalam aneka foto itu wajar ala foto amatiran. Sehingga kita yang disapa olehnya menjadi yakin kalau itu bukan akun spam atau penipu. Kenapa teman saya melakukan itu? Karena ternyata si mbak A ini bukan hanya mengirim message ke inbox saya, tapi juga ke ratusan teman-temannya mbak B!
Oalaaaah…kaaaaan…..gampil bener nyuri foto anak dari sosmed ya. Karena ada tombol download apalagi kalau foto itu setting-annya public.
Back to Instagram. Sesaat setelah membaca postingan Instagram sang ibu, saya ikutan galau. Di sisi lain saya juga pengen eksis sama anak sendiri, apalagi kalo content foto kita itu menunjukkan aktivitas yang inspiring, bukan sekedar selfie gak jelas. Misalnya: kita dan anak lagi mbaca di perpustakaan, atau lagi sepedaan olahraga bareng. Kan inspiring ya buat orang lain. Tapi di sisi lain ngeri juga kalo foto-foto kita dicuri sama oknum-oknum gak jelas yang berkeliaran di luar sana. Oh ya, masih ada kegelisahan lainnya yaitu apabila bukan sekedar wajah anak kita yang terpampang di mana-mana, tapi juga location. Entah lokasi rumah atau pun sekolah. Kalau lagi di mall sih mungkin fine fine aja ya.
Mungkin solusinya adalah ngegembok Instagram, Twitter dan aneka sosmed lainnya. Termasuk ngegembok album-album foto kita di FB misalnya. Atau kayak artis Dian Sastro dan Anggun C Sasmi yang tetep posting foto bersama anak mereka cuma muka anaknya ditutupin stiker lucu-lucuan. Selesai masalah? Ternyata tidak sodara sodari……
Sekuat tenaga kita memprotect semua foto yang ada unsur wajah anak kita, di lain tempat wajah anak kita masih bisa terpampang jelas tanpa sensor. Contoh sederhana: Alun pernah cerita, pas lagi di sekolah, salah satu ibu temannya lagi ngejemput. Trus lagi happy kali ya, dia pengen anaknya foto rame-rame sama temen sekelasnya, buat kenang-kenangan kalo udah gede nanti. Cekrek! Anak eikeh ikut kefoto sodara sodari sekaliaaan. Dan di jaman now, engga mungkin foto itu cuma kesimpen di memori hape yes? Bisa jadi diupload ke sosmednya si ibu, atau dijadiin foto profil WA dll dsb. Belum cukup sampai situ. Sambil mengupload di sosmed, tak lupa si ibu tag location komplit. Ketauanlah apa nama sekolah anak saya dan di daerah mana lokasinya. Kejadian seperti ini juga terjadi pada anak bungsu saya. Ada field trip di sekolah, ibu temannya Lintang foto-foto dan upload secara komplit ke sosmednya dia.
Ini baru kejadian di sekolah ya. Belum lagi kalau saudara kita yang juga asik-asik foto anak-anak kita dengan anak mereka alias foto-fotoan antar sepupu misalnya. Sami mawon.
Mau ngasih dakwah ke seantero pihak terkait dengan kita, mulai dari ibu-ibu di sekolahan anak, saudara kandung, sepupu, paman bibi kita dll dsb tentang kita yang lagi program memprotect foto anak, ya gak mungkin yaaaa…. Mau kasih link artikel yang valid soal berhati-hati dalam bersosmed ke semua pihak terkait di atas juga sangat gak mungkin ya. Apalagi isi kepala kita enggak sama semua. Kita ngerasa perlu memprotect, orang lain bisa jadi malah nyinyirin balik kita.
Kalau sudah begini lha terus mesti gimana?
Saya juga ga bisa jawab pertanyaan ini. Pasrah saja, sembari berdoa sering-sering mudah-mudahan anak-anak kita semua sehat selamat panjang umur. Walaupun tiap kali memandang wajah anak saya terpampang jelas di sosmed milik kerabat atau ibu-ibu di sekolahan anak masih ada rasa was-was yang tinggi, namun lidah terasa kelu untuk teriak “hey jangan pajang foto anakku di sosmedmu!”
Kalau kalian ada saran gak? Yuk kita ngobrol di komen 🙂
Kalo di luar negeri ada aturannya mbak gak boleh ambil foto sembarangan. Temenku tinggal di jepang dia suka aplod foto anaknya. Tapi kalo anaknya bareng sama temen2 jepangnya, muka temen2nya itu diblur
LikeLiked by 2 people
seandainya di semua negara berlaku peraturan seperti itu ya, hiks hiks 😦
LikeLike
iya mbak, sayang orang kita belum aware sama masalah kek gini 😦
LikeLiked by 1 person
Hai mba saya juga termasuk yang suka uploada foto anak , khususnya di IG dan fb saya private, lokasi juga gak selalu saya tag, gak pernah ikut berbagai kontes bayi lucu di IG, upload foto juga gak semuanya, dipilih yang bagus aja, agar gak bkin malu ketika dia beranjak dewasa, di blog juga begitu..hanya untuk sekedar bercerita.
aah bingung juga..berdoa sajalah semoga anak anak kita dijauhkan dari musibah.
LikeLiked by 1 person
lokasi juga aku ga pernah tag kecuali kalau lagi ada perlu, kayak lagi ada di tempat wisata. Tag location tempat wisata dengan tujuan orang yang liat foto jadi tau itu tempat keren lokasinya di mana hehe. Iya bener, sekarang nampaknya ya memang banyak2 doa supaya semua pihak yang mengikutsertakan wajah anak kita di foto2 mereka bisa semakin tersadarkan ya, dan nextnya lebih hati2 untuk mengupload foto di sosmed. Thanks sudah mampir ya Mega
LikeLike
aku jg lagi ngurangin mba upload foto anak hahaha misal angle miring yg ptg ga jelas cuman mang butuh komit y mb biar ga upload bae xixixi
so far aku ga pny saran mb krn aku masih suka upload foto anak 😁
LikeLiked by 1 person
it’s ok mbak herva. Yg pasti kita selalu berdoa bersama supaya semua orang di luar kita tersadarkan tentang privasi mengupload foto orang lain di sosmed mereka, termasuk foto anak2 kita. Makasih sudah mampir ya mbak 🙂
LikeLike
Bener sekali yang cerita bagian akhir. Kadang kita sudah sekuat tenaga melindungi hak anak kita di dunia maya dengan tidak mengunggah fotonya tapi hal yang demikian belum tentu dipahami oleh pihak lain. Karena memang ada saja kejadian yg seperti ini. Kalau kita ada di tempat waktu mereka ambil foto, bisa kita kasih tau ttg permintaan untuk tidak mengunggah di media sosial. Tapi kalau nggak ada, kan sudah diluar kuasa. Kalau memang di tag, langsung kasih tau saja ttg keberatan kita. Sekalian edukasi ke mereka ttg bahaya dunia maya. Gpp disangka bawel, itu namanya edukasi. Tapi untungnya di sini kesadaran ttg privasi tinggi. Mau ambil foto aja musti minta izin dulu.
Kalo pendapat pribadiku : seperti yang pernah beberapa kali aku tulis di blog kami, mau yang namanya akun kita di protect sedemian hingga tapi what you put on the net (online) stays forever. Jejak digital itu akan selalu ada dan gampang sekali bagi hacker untuk ngebobolnya. Suamiku orang IT jadi dia selalu ingatin ttg hal ini. Makanya, mau seinspirasional apapun yang (akan) dilakukan keturunan kami, selama mereka belum bisa berpendapat dan memutuskan sendiri apakah foto2nya mau dipajang (apakah itu tampak punggung, tampak ujung jempol, muka dikasih sticker ataupun hanya tampak bajunya saja, bahkan foto USG), maka kami ga ada hak untuk menampilkan foto mereka di dunia maya karena itu adalah tubuh mereka. Kami menghormati hak mereka. Yg perlu kami lakukan adalah menekan ego untuk “berbagi” demi keamanan dan kenyamanan jangka panjang. Hal tersebut akhirnya juga berpengaruh ke kami yg dewasa untuk berbagi dokumentasi ttg kami sepantasnya, ga yang norak2 diunggah haha. Duh panjang aja maaf 😁 sekedar sharing dari sisi kami.
LikeLike
heheheh gpp mbak den, namanya juga sharing. Bebas kok. Panjang juga gpp selama bermakna dan bermanfaat. Iya menekan ego ortunya ini yang susah. Anak menang lomba ini itu dikit, gak kuaaaat rasanya kalo gak upload ke sosmed karena seluruh dunia wajib tau, wahahaha aku banget ni zaman dulu. Semoga ke depannya aku semakin bisa menekan ego, nahan-nahan diri demi keamanan anak. Sembari terus berdoa pihak lain yang mengikutseratakan wajah anakku dalam foto2 mereka semakin tersadarkan…amiiin…
LikeLike
Betul kita nggak bisa cegah. Tapi kita bisa juga lapor ke sosmed ybs ttg penayangan foto anak tanpa ijin. Kalau mau. Yg bahaya itu kl kita ditag utk blg itu anak kita. Mknya fitur tag mending dimatikan.
LikeLiked by 1 person
ah terima kasih sudah diingatkan tentang mematikan tag mbak. Gak kepikiran sampe ke situ euy.
LikeLike
aku juga agak nyesel pajang foto sama anak2 di kelas
tapi bener sih mbak, mending berdoa aja dan mengurangi share foto yang tak perlu
LikeLiked by 1 person
halo ikromzain, terima kasih sudah mampir di sini. Yuk berdoa sama-sama 🙂
LikeLike
Aku paling sering posting foto bahkan sekarang video juga anak2ku tanpa ada aku dan tanpa aku tutup2in dgn sticker or whatever.. TANPA IJIN DULU DARI ANAKNYA…
LikeLiked by 1 person
Agak khawatir deg2an gimana gitu juga sih… tapi mudah2an gak ada apa2 deeeeh dan terhindar dr kejahilan org2 jahat…
LikeLiked by 1 person
aamiiin…mudah2an anak-anak kita selamat semuanya ya mbak
LikeLike
wah memang serba susah ya, tapi maugimana lagi ya
LikeLiked by 1 person
hehe iya mbak hastira. Dilema ya kalo kayak gini jadinya.
LikeLike
Aq berkali2 dpt pertanyaan : knp upload foto tp mukanya ditutupin? (Di sosmed)
Kujawab dgn alasan spt yg mbak imelda blg di sini. Plus ‘aku takut kena ain’. Dan jawabanku selalu dicibir :p
Akhirnya skrg kalo ada yg tetep nanya, kujawab aja : Kan Royal Baby, kalo mau liat foto muka full tanpa sensor ada royaltinya donk :p
Naaaah….kapan hari pun aq ditag temen dgn muka anakku yg keliatan jelas bgt. Plus tag lokasi rumahku. Aq kaget lah, mau ngomel ya piye. Pas foto foto kmrn kukira cuma buat seru seruan pribadi aja, krn udh bestfriend bgt.
LikeLiked by 1 person
naaaah ini aku juga kaget pas liat FBmu na. Kok wajah anakmu akhirnya kepublish, dan emang iya itu temenmu yg ngetag gt ya? Liat banget aku wajah si Little M 🙂
Nah itulah…susah ya apalagi sudah best friend kayak gitu, makin sungkan aja mau ngasi taunya hiks hiks….
LikeLike
Nah iyak bener :p
Kalo foto muka sih aq msh gpp, toh muka bayi juga bakal berubah :p
Tapi kalo udah share lokasi rumah ya jangan :p
LikeLiked by 1 person
Aku.. terus terang sesekali masih upload foto anak, walau gak real time banget.. paling latepost2 gitu.. tp lenin seringnya jarang sih mba Imel. Itupun yg diupload foto anak jaman throwback.. jaman beberapa tahun yang laluu.. saking throwbacknya sampai aku nggak ngenalin sendiri karena beda banget ama sekarang hahahhaha.. jd lebih sering nostalgia sih, karena sesungguhnya anakku wkt kecil pernah gemuk dan menggemaskan hahahah.. sungguh komen yg tidak membantu.
LikeLiked by 1 person
hahahhaah ini komen yang sangat membantu. Membantu saya menjadi terhibur dan tidak tercyduk *idih apa sih?
Akupun masih suka upload sesekali mbak dew, hiks hiks 😦
LikeLike
Nggapapaaa… menurut aku wajar aja kok.. Nggak wajar (bagi aku) kalau udah terlalu oversharring.. yg mana definisi oversharring masing2 orang beda ya mba hihi..
LikeLiked by 1 person