Sejak punya anak usia sekolah, mau gak mau saya yang udah tua bangka ini ikut-ikutan belajar lagi. Iya, ikutan mempelajari materi-materi yang diberikan setiap hari oleh bapak ibu gurunya anak-anak saya di sekolah. Karena tanpa ikutan belajar, ya mustahil banget bisa ndampingin mereka belajar terutama saat ulangan dan ujian menjelang.
Berdasarkan pengamatan yang baru sekilas ini (pakai istilah baru sekilas karena anak saya baru kelas 2 SD…jalan masih panjang banget kan ya?)….kurikulum yang dipakai di sekolah anak saya, agak membingungkan. Karena saya sekolah tahun 80an, dan sekarang anak-anak memakai kurikulum 2013, sudah tentu sangat banyak perbedaannya. Nah yang lagi saya rasakan banget yaitu di bidang studi Matematika. Langsung aja liat gambar di bawah ini ya:
Buat generasi zaman dulu macam saya, kurikulum 2013 ini asli ribet. Padahal tujuannya sama seperti waktu kita dulu diajarkan bapak dan ibu guru, yaitu: logikanya dulu mesti paham, bahwa 135 itu terdiri dari satu ratusan tiga puluhan dan 5 satuan. Makanya caranya dipanjangkan seperti gambar di atas yang di bagian merah. Nah begitu pula dengan pembagian….walaupun to be honest this is gonna be a hard homework for parents. Kemarin anak saya diberi soal cerita yang intinya 100: 5. Jadi sebagai jawabannya anak saya menuliskan pengurangan mulai dari 100-5, 95-5 dan seterusnya sampai menghasilkan nol. Dia membuat 20 pengurangan lima hingga hasil akhirnya nol.
Gimana kalo dapat soal 123 dibagi 3 ya? Berarti harus membuat 41 kali pengurangan sampai hasil akhirnya nol.
Walau demikian, di sisi lain, di kelas tetap diajarkan hafalan perkalian mulai perkalian 1 sampai 10. Anak wajib setor hafalan perkalian sesuai pencapaian masing-masing.
Kendala yang ditemui di keseharian, saya dan pak suami mau tidak mau mengikuti cara dan logika yang diajarkan pada kurikulum 2013 ini. Ketika kami mencoba mengajarkan pembagian dengan cara mudah ala zaman baheula, anaknya bingung. Kasian. Apa yang ia terima di kelas kok beda sama ajaran ibu bapaknya? Mana yang harus saya ikuti? Mungkin ia berpikir begitu. Jadi, kami yang mengalah. Kalau waktunya belajar, ya kami mau gak mau memberi soal latihan sesuai dengan cara matematika seperti gambar di atas.
Postingan ini enggak pengen menilai baik buruknya aneka kurikulum yang dipakai di sekolah anak kita. Tapi cuma semacam curcol iseng di sore hari dari seorang emak-emak iseng. Yah daripada blognya gak diupdate, mwahahahahaha…..
Jalan masih panjang. Ini baru sedikit dari kejutan-kejutan lain yang bakal saya temui sepanjang mendampingi anak belajar/sekolah. Tarik nafas, kencangkan ikat kepala, mari kita belajar lagi.
Kalian mengalami perasaan yang sama dengan saya…… atau sayanya aja nih yang lebay?
Hihi. Adek saya jg gitu mbak Imel. (Soalnya blm nikah dan punya anak sih), pernah saya ajari pake cara saya sekolah dulu, dianya jingkrak2 ngomel2 karena ga sesuai caranya. Akhirnya saya belajar ulang bukunya dia. 😂 *kencengin ikat kepala.
Semangat mbak Imel.
LikeLike
Bengong aku liat cara yang di kanan hahahaha… anak kurikulum 90an sih
LikeLiked by 1 person
hahahah iya Mar, samaaaaa…. bengong tapi mau gimana lagi? Bapak ibu guru di sekolah kan juga cuma njalanin kurikulum pemerintah. Serba salah juga, gak diajarin ke anak nanti dikira melenceng dari kurikulum hehe
LikeLike
wah kurikulum yang baru malah agak ribet yaa. trus setahu saya perkalian dan pembagian itu baru kelas 3 diajarinnya
LikeLiked by 1 person
mbak antung terima kasih sudah mampir sini dan baca ya. Iya buat kita ribet ya mbak. Dan memang perkalian pembagian kelas 2 SD sudah mulai diajarkan. Beda bumi langit lah sama kita zaman dulu hehe 🙂
LikeLike
Aku menyerah di kelas 4 mbak… ngajarin sendiri banyak debatnya dan akhirnya panggil guru les ke rumah buat matematika.
LikeLiked by 1 person
wah iyakah? Kelas 4 makin canggih ya pelajarannya? hehe…. mudah2an aku tetap semangat mbak Ella…makasih sudah mampir sini ya 🙂
LikeLike
hai mbak Imelda..kenalkan saya hida. Ternyata kita mengalami hal yang sama ya..kebetulan saya tuh bukan penyuka matematika. dan dari kecil saya berusaha banget menghindari matematika, tapi apa daya ketika punya anak harus dihadapkan dengan pelajaran sekolah matematika. sayapun sbg orang tua ya mau ga mau harus bisa mendampingi anak belajar. seringkali saya yang merasa putus asa karena apa yg dulu diajarkan di sekolah beda sekali dgn sekarang, baik kurikulum maupun sistem mengajarnya. contohnya ya seperti yg mbk imelda jelaskan ttg cara penghitungan pembagian itu.
LikeLiked by 1 person
halo mbak hida, terima kasih banyak sudah berkunjung ke sini ya. Iya benar mbak…tapi ya mau gak mau terpaksa dihadapi ya mbak hiks hiks 😦
LikeLike
Iya mbak..sama2
LikeLike
ribetnya >,<
LikeLiked by 1 person
betul, dari sudut pandang kita yang anak 80-90an. Walaupun positive sidenya tetep ada, yaitu anak memang dikenalkan sama logikanya dulu mana bilangan ratusan puluhan satuan hehe. Ya sutlah kita terima saja kurikulum 2013 ini dengan ikhlas dan semangat 🙂 Makasih sudah mampir sini ya
LikeLike
Dengan kurikulum 2013 itu, jam ujian bakal lebih panjang kah? Secara ngitungnya lama bingit.. huhuhu
LikeLiked by 1 person
hahahah iya bayangan kita kan gitu ya, jam ujiannya lebih panjang. Tapi tetep aja ujian 2 jam sama kayak zaman baheula. Soalnya aja dibikin sederhana, jadi misalnya gak bakal nemu soal 123 : 3 kayak kucontohin di atas hihihihi…..
LikeLike
hahaha.. kadang ada bagusnya juga, jadi kitanya bisa tahu bedanya dulu ma sekarang, hihi
LikeLike
begitulah, hampir semua begitu ya, asal ibunya jangan malas belajar juga
LikeLiked by 1 person
setuju mbak 🙂
LikeLike
Ndak apa2 mak semangat.
Sepahamq, kurikulm skrg tu lbh menekankan sm pemahaman anak. Jd ya gt deh, prosesnya jd lbh panjang ketimbang yg prnh qt pelajarin dlu. Klok qt dlu kn, tau tau klok nyarik ini rumusnya begini. Hehe.
LikeLike
iya mak inda…setuju…selalu ada positif di balik semua keadaan. Betul, menekankan ke pemahaman anak spt yg aku singung di postingan juga. Mari kita semangat bersama menghadapi kurikulum ini mak 🙂
LikeLike