Beberapa hari yang lalu, saya diajak meeting di sebuah cafe dengan menu makanan dan minuman yang 95% internasional. Ah sudahlah kalo soal gak bisa kebarat-baratan, saya udah pernah nulis di sini
Nah kali ini bukan membahas betapa minder dan deg-deg annya saya ketika disuruh pilih menu makanan yang 100% menggunakan bahasa Inggris itu. Tapi soal suasana cafe. Cafe yang dikunjungi ini kebetulan berada di kawasan bisnis di bilangan Jakarta Selatan. Hampir semua yang datang ke sini adalah para businessman/woman yang datang untuk sekedar makan siang atau pertemuan ngopi-ngopi cantik biasa. Tidak nampak pengunjung keluarga apalagi yang bawa anak-anak kecil gitu. Ketika kami ke sini pun sebetulnya tujuannya untuk meeting kecil non formal, bahas beberapa kerjaan kantor dengan para manajer.
Cafe ini tidak penuh sesak, karena memang mejanya hanya sekitar 10 saja. Dan, sama seperti cafe lainnya, satu orang petugas berjaga di pintu masuk dengan posisi badan ke arah para pengunjung yang tengah bersantap dan minum-minum. Tugasnya sudah pasti: kalau ada pengunjung baru datang ia membukakan pintu, tapi jika belum ada pengunjung datang, ia siap sedia memantau jika ada pengunjung yang tengah bersantap tiba-tiba memanggil, entah untuk order tambahan atau lainnya.
Berhubung suasana cafe tidak terlalu ramai, let’s say hanya 3 meja yang saat itu ada pengunjung, saya perhatikan dengan ekor mata, mbak (waktu itu petugasnya wanita) penjaga pintu, mau tidak mau bisa mendengarkan apa saja yang tengah dibicarakan orang-orang dalam cafe. Di meja pertama, ada dua orang yang tengah meet up dan sepertinya tengah curhat-curhatan kondisi kantor masing-masing. Sementara di meja kami, walaupun tanpa suara full stereo a.k.a kencang, kami tengah membahas beberapa pekerjaan kantor juga. Di meja berikutnya ada tiga orang bapak-bapak yang nampaknya jabatannya Direktur semua, sedang membahas bisnis mereka masing-masing.
Jika ada hal-hal konfidensial yang dibahas pun, mbak petugas itu sudah pasti bisa ndengerin.
Lalu saya membayangkan kalau saya ada di posisi si mbak. Bisa ikutan dengerin aneka rupa persoalan orang-orang yang datang ke cafe. Wah coba si mbak blogger juga, pasti dia akan punya banyak bahan buat ngeblog after dengerin cerita orang-orang *lhah gimana? Hahahahah yang terakhir skip ya. Yakali isi blognya nanti malah ngomongin orang melulu.
Kondisi seperti si mbak itu sebetulnya juga terjadi pada driver taxi komersil. Entah berapa ribu confidential matters dan aneka pembicaraan yang mereka dengarkan selama bertugas setiap hari, dari para penumpangnya.
Terkadang kalau melihat kondisi seperti ini, saya bersyukur masih diberikan pekerjaan yang berbeda dari mereka. Karena hati ini sering gak bisa bo’ong: saban kali dengerin obrolan orang lain kayak petugas cafe maupun driver taxi, refleks otak dan hati ini ikut ngebatin dan ujung-ujungnya suka suuzon. Katakanlah ketika ada pengunjung cafe lagi curhatan soal dia dimadu sama suaminya misalnya. Refleks deh ngebatin: oalaaah ternyata deshe cuma istri kedua. Oalah kasian amat mbaknya, dll. Atau misalnya dengerin ada businessman yang cerita ke temennya kalo dia bisa menang tender karena pake sogokan ke kliennya. Asli refleks suuzonnya keluar.
Pokoknya yang jelek-jelek lah. Hehehehehe….
Lalu apa inti postingan ini? Gak ada. Cuma pengen cerita pengalaman dan pengamatan di cafe aja. Hehe…Selamat Senin semuaaaa…….
Hahahaha.. emang salah satu keuntungan jdi supir itu, bisa tahu rahasia bossnya #apaaaacoba
LikeLiked by 1 person
Emberaaaannn….sayangnya mereka bukan blogger juga ya *DiulangUlangLagiSoalBloggernya
LikeLike
hahaha.. gua mungkin sama kayak loe, bisa suuzon mulu..
LikeLiked by 1 person
manusiawi banget ya in hihhi….
LikeLike
iyaaaa Mel.. haha
LikeLike
Kamar mandi di lantai 1 rumahku itu sebelahan sama kamar nenekku. Kadang aku suka sengaja nguping klo para nenek-nenek itu sedang ‘berdiskusi’ ttg hot topic di kalangan keluarga (BACA: GOSIPAN), ahahaha. Astaghfirulloh. Maaf ya Nek.
LikeLiked by 1 person
Iya cu, dimaafin wkwkwkwkw…..
LikeLike
Salim dulu nek…. *cium tangan nenek imelda* minta sangu dong nek, mau beli coklat di minimarket, wkkwwkkw
LikeLiked by 1 person
ngak kaget ya driver kantor lebih paham soal kehidupan bos aku daripada aku, doi ngedenger beratus beribu obrolan dari confidential smpe yg gk penting hahah
LikeLiked by 1 person
Betul Adel…hehehehe….
LikeLiked by 1 person
Mungkin penyamaran terbaik untuk mendapatkan info-info rahasia adalah jadi sopir taksi, atau pelayan kafe semacam ini, ya, Mbak. Siapa tahu mbak itu bukan pelayan biasa, melainkan semacam mata-mata. 😛
LikeLiked by 1 person
Naaah bisa jadi itu. Anything is possible kan? hehe
LikeLike