Bulan Ramadhan sudah memasuki hari ke-17. Setiap hari selalu saja masih ada dosa yang dibuat. Mulai dari suuzon ke orang, begunjing, emosi sama anak, dan lain-lain. Iya itu semua kelakuan saya hehe3. Manusia biasa, tempatnya salah dan dosa ye bok….
Salah satu yg bikin nambahin dosa adalah ketika melihat akun sosmed salah seorang teman. Sebutlah nama beliau adalah A. A ini udah lama kenal sama saya. Dulu zaman saya masih gadis kita masih sering ketemuan. Setelah nikah apalagi punya anak, frekuensinya jauh berkurang. Apa yg salah dengan A? Perkiraan saya…..beliau mempunyai hubungan sesama jenis dengan B. Kebetulan saya juga kenal dan pernah ketemuan sama B ini. Di mana ada A disitu ada B. Frekuensi tanpa B bisa dibilang 0 alias gak pernah ada. Tergambar dari semua foto di sosmed A. Memang keduanya seringkali terlibat dalam aneka event di komunitas yg sama. Ditambah hingga usia yg sudah cukup matang, satu tahun di bawah saya, keduanya tak kunjung menikah. Bahkan mungkin A dan B gak punya pacar masing-masing.
Dulu A pernah cerita memang ia sudah berteman dengan B sejak di bangku akademi D3. Dan hubungan mereka katanya sudah seperti saudara. Ibaratnya kalo B main ke rumah A, ga perlu ngetok pintu. Nyelonong aja juga udah beres saking eratnya hubungan tersebut. Sampai sebegitunya.
Saya pribadi kepo tapi ga pernah punya keberanian menanyakan hubungan mereka apakah benar sejenis. Di sisi lain sehari-hari mata saya terus disuguhkan foto mereka in one frame. Banyak foto rame-rame dengan teman yg lain tapi mereka berdua selalu ada.
Lalu akhirnya kemarin saya putuskan unfollow A. Padahal sungguh ia samasekali ga punya kesalahan apapun. Semua postingannya bernada positif dan selalu menginspirasi. Sayalah yg merasa gerah akan kesuuzonan saya sendiri, dan berupaya memutus mata rantai itu dengan tidak membiarkan mata saya melihat lagi.
Lalu saya teringat sebuah kisah teladan yang saya baca di buku cetak Pendidikan Agama Islam (PAI) anak saya. Tersebutlah seorang syekh mewawancarai anak usia 11 tahun bernama Muaz. Muaz ini tunanetra tapi semangatnya menghafal Al Quran luar biasa. Yang paling membuat makjleb bin tertohok adalah saat Muaz berkata kalau ia tidak berdoa kepada Allah untuk mengembalikan penglihatannya. Syekh merasa aneh dengan doa Muaz dan bertanya mengapa. Muaz menjawab “Allah akan menanyakan nikmat penglihatan digunakan untuk apa? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya pada hari kiamat kelak.”
Dengan ketidakmampuan melihat, Muaz berharap hisabnya menjadi ringan karena ia tidak harus mempertanggungjawabkan matanya yang melihat hal-hal maksiat, hal-hal yang membangkitkan suuzon dan keburukan duniawi lainnya.
Mata. Ya, panca indera ini memang menjadi salah satu faktor yang menjerumuskan kita pada dosa karena kita tidak mampu menahannya. Berawal dari mata, maka jempolmu tak tahan bekerja, mengomentari status sosmed teman yg kontroversial dan provokatif. Berawal dari mata maka ghibah pun terjadi. Berawal dari mata yang melihat keanehan di sosmed orang lain lalu hati dan pikiranpun berubah suuzon. Berawal dari mata, yang melihat sosmed orang lain yang hidup dalam kecukupan, seketika jempol bekerja membuat postingan nyinyir yang judgmental, tanpa pernah berpikir bahwa di bawah kita masih ada orang-orang yang nasibnya kurang beruntung (alias kurang bersyukur).
Ah penyakit mata. Sungguh sulit untuk tidak terpapar. Semoga saya dan kita semua bisa memanfaatkan mata untuk hal-hal yang baik saja. Kalau masih tidak bisa mungkin terpaksa menghindari, “mengalihkan pandangan” seperti yang saya lakukan dengan unfollow teman saya sendiri tadi.
Saya sengaja menuliskan ini. Agar besok lusa ketika saya khilaf, saya kembali diingatkan. Insya Allah….
aduh matakuuuuu tadi asik kepo akun hocip di IG padahal lagi puasa 😛
LikeLiked by 1 person
Uhuyyy……hocip apose? *lhah malah kepo?
LikeLiked by 1 person
Betul bgt. Mending unfollow jika tak kuat iman.
LikeLiked by 1 person
Iya. Padahal itu orang gak berbuat apapun padaku mbak, huhuhu…kemudian akunya yang suuzon 😦
LikeLike
Salah satu alasan aku makin jarang ber-medsos belakangan ini..😉 Menjaga mata agar pikiran lebih jernih..
LikeLiked by 1 person
Iya bener, setuju Emm….huhuhu tapi aku masih gak bisa lepas 100% dari sosmed euy 😦
LikeLike
Aku juga belum bisa lepas 100%, dan kayaknya gak bakal bisa lepas, tapi dibandingkan kebanyakan orang di sekitarku, aku paling gak eksis di medsos..
LikeLiked by 2 people
tapi kalo sudah menjurus” begitu sih baiknya di unfollow sih
gak sehat
izin follow blognya ya
LikeLiked by 2 people
iya betul. Terima kasih sudah follow blogku ya 🙂
LikeLiked by 1 person
Huum, betul.. Nggak kepingin mata jalan2 ke Mall, eh ini mata malah jalan2 ke beranda orang, ya sallam
LikeLiked by 1 person
Halo mbak, makasih sudah mampir ke sini. Iya bener hehehe….
LikeLike