Dua hari lalu saya menemukan akun IG ini gara-gara iseng ngeliatin IG story teman-teman.
Intinya akun ini memberikan aneka info dan fakta seputar pandemi Corona. Namun belakangan mereka menggunakan majas sarkasme dalam postingannya. Simple reason: para admin lelah dan mungkin juga frustrasi karena semakin hari jumlah penderita semakin meningkat, bukan menurun. Btw adminnya terdiri dari dokter, dosen dan jurnalis.
Netizen terbelah dua pro dan kontra. Yang kontra bilang bahwa akun ini gak bermanfaat dan bukannya bantu ngasih solusi ke Pemerintah malah nyinyir-nyinyir….yang pro mendukung majas sarkasme ini dan setuju bahwa kondisi nyatanya harus dibuka dan disentil, supaya pada makin paham. “Prestasi” sampai mencapai 3000 an kasus per hari, harusnya membuat hati ini makin ciut ya. Sampai-sampai “perkelahian” di kolom komen yang begitu dahsyat berujung dengan saling mendoakan satu sama lain kena corona dan merasakan yang namanya ventilator. Seremlah kalo scroll komen-komen pas di postingan di atas.
Sejujurnya…………………akun ini benar-benar menyuarakan isi hatiku. Terwakili banget saya euy. Sejujurnya lagi, setiap hari ketika kasus semakin bertambah dan begitu banyak orang malah menerapkan pola hidup Normal —bukan New Normal—…di situ saya pengen banget posting entah di status WA atau IG Story, yang intinya “woiii ini pada masih asik plesiran kumpul-kumpul hore-hore pada gak ngeri apa ya sama kasus yang makin nambah?” Kasarannya pengen mosting yang intinya begitu. Bentuknya mungkin bisa lewat konten teks, screenshot berita, dll. Tapi…..saya selalu mengurungkan niatan itu. Endingnya saya cuma berani screenshot data pertambahan kasus per hari di status WA saya, dengan disertai caption “semakin bertambah.” That’s it.
Kenapa saya selalu mengurungkan niat? Karena begitu banyak teman di luar sana yang sudah back to Normal. Long weekend pada plesiran, ada yang ke gunung, rafting, pantai, jalan-jalan ke cafe, mall, dan masih banyak lagi. Nanti kalau saya “sentil”…udah ketebak ujungnya.
“Alah….sirik aje lu. Nyinyir ama kita yang pada bisa jalan-jalan ke luar kota. Kaga punya duit aja pake nyindir bawa-bawa Corona segala!”
Nah, kira-kira itulah endingnya. Makanya sekali lagi saya urungkan niatan memposting. Saya belum seberani teman sekantor saya yang milenial dan speak up di sosmednya tentang Corona ini. Teman ini dengan mudahnya membuat status “Apa? Bioskop mau dibuka? Woooii kagak mikir apa?! itu udara muter di situ doang high risk banget maen buka-buka aja!” Kurang lebih itulah status beliau.
Selain itu, memang kondisi finansial keluargaku saat ini menurun karena gaji dipotong sejak Corona merebak. Alhamdulilah cukup untuk makan, bayar listrik dan SPP anak-anak. Budget hepi-hepi samasekali ga ada. Nanti kalau saya posting, boleh jadi semakin memperkuat dugaan para teman tersebut bahwa emang dasarnya saya mah sirik doang ga bisa plesiran kaga punya duit hihi.
Ngomong-ngomong soal sarkasme ini, saya baca di beberapa media online, banyak pula orang yang mulai patah hati dan frustrasi. Enam bulan #dirumahaja gak ada hasilnya. Sia-sia. Banyak juga yang seperti saya, tahan-tahan mau ke mana-mana kalo gak perlu-perlu amat. Ada pula yang sampe diejek teman-temannya lantaran udah New Normal tapi doi tetep ga mau ke luar-luar dulu. Ada pula yang kecewa karena percuma dibuat kebijakan WFH tapi orang yang WFH ga stay at home tapi malah main ke mana-mana selepas kerja.
Semua perjuangan serasa gak berguna.
Tapi di satu sisi, kita paham kalau gak dibuat PSBB Transisi gini, ekonomi rakyat terpuruk, tapi risiko kasus naik. Semua memang serba dilema.
Yah, apa daya, kita semua hanya rakyat kecil biasa.
Saya tutup posting curhatan ini dengan screenshot dari Twitter salah satu dokter.
haha, baru mau posting soal ini juga… aku juga dengan pandemi ini awalnya mulai dari cuek cenderung skeptis, berubah paranoid dan lama2 ikut sarcasm juga…. GMZ & KZL sih yaa….
LikeLiked by 1 person
Ayo posting juga mbak Shin ð Ditunggu yow
LikeLike
Saya mau ngeshare yang sarkas gini, takut kualat. Musibah kok buat guyon. ðŽ
LikeLiked by 1 person
Sebetulnya ini bukan guyon mbak. Lebih kepada meluapkan kefrustrasian kita menghadapi orang-orang yang cuek padahal kita udah susah payah berjuang supaya angka kasus menurun ð
LikeLike
Saya juga follow akun ini sih karena ada info2 yg bermanfaat. Soal poin plus dan minus ya bisa dibilang akun ini berpihak pada mazhab kesehatan, sementara pemerintah mazhab ekonomi..ð Sulit akan bisa ketemu titik tengah dlm kondisi sdh spt ini. Benar itu tindakan beresiko dr sisi kesehatan, tapi resesi ekonomi kl tdk ditahan bisa berujung pada chaos. Riots. Ujung2nya sama saja atau korban malah bisa jauh lbh besar..ð
LikeLiked by 1 person
Dan sebagian rakyat menganut mazhab hore-hore.
LikeLiked by 1 person
Mazhab konspirasi dan halusinasi ðĪŠ
LikeLiked by 1 person
Halunisasi juga, wjwjwjwjwj
LikeLiked by 1 person
Nambahin: baca di media online, di AS ada sepasang suami istri yang kebanyakan baca teori konspirasi Corona ini dan akibatnya mereka benar-benar menganut mahzab ini. Ke mana-mana ga mau pake masker, ga protokol kesehatan lah pokoknya. Dan ironisnya, sang istri meninggal dunia….penyebabnya karena positif Corona. Asli ironis banget baca beritanya
LikeLike
dilema yo mbak ð
LikeLike