Pengalaman Mendaftar Sekolah Anak lewat PPDB Online DKI Jakarta (part 1)

Ada yang tahun ini anaknya lulus sekolah dan akan melanjutkan ke level pendidikan berikutnya? Yuklah kita berpelukan virtual sembari inhale exhale.
Oh my God…..daftar sekolah negeri zaman sekarang tidaklah semudah zamanku masih sekolah dulu, Ferguso.


Inget banget di zaman rikiplik nan jadul dulu, daftar sekolah ke sekolah negeri tu cuma suruh nulis di secarik kertas, elo mau masuk pilihan sekolah apaan. Kalo gak salah kita boleh nulis dua atau tiga pilihan sekolah. Sesudah itu kasih ke bapak/ibu guru, udah deh tinggal nunggu NEM keluar dan ngeliat pengumuman apakah kita berhasil diterima di sekolah yang dituju itu atau engga. Se-simple itu.

Nah kalau sekarang? Setelah melalui beraneka ragam perubahan kebijakan dari Kemendikbud, saat ini yang berlaku adalah Penerimaan Peserta Didik Baru Online atau biasa dididik PPDB Online. Seingat saya tahun 2017 ke bawah, itu sempat berlaku sistem Rayonisasi. Nah sejak 2018 sampai sekarang, Rayon diubah menjadi Zonasi.

Sebelum ngobrol ngalor ngidul lebih jauh soal PPDB Online, saya mau kasih tau bahwa saya menulis ini based on pengalaman PPDB Online hanya untuk DKI Jakarta ya…karena memang saya tinggal di provinsi ini. Jadi saya gak paham kalau di provinsi lain seperti apa sistemnya.

Sejak ditiadakannya Ujian Nasional, maka nilai yang dipakai untuk mendaftar ke jenjang pendidikan selanjutnya adalah nilai raport. Karena anak saya lulus SD, maka saya informasikan di sini bahwa untuk SD, nilai raport yang dipakai adalah nilai raport dari mulai kelas 4 hingga kelas 6 semester 1.

Lalu nilai-nilai ini akan diinput oleh sekolah anak, ke SIDANIRA (Sistem Pendataan Nilai Rapor). Jadi orang tua siswa udah ga perlu capek-capek input sendiri saat mendaftar online, karena data nilai sudah otomatis tersedia. Namun ada pula sekolah yang tidak menyediakan servis menginput SIDANIRA loh. Setidaknya informasi ini saya dapatkan lewat keluhan beberapa ortu di grup Facebook PPDB Online yang saya ikuti.
Nah saya juga gak akan membahas gimana kalau yang sekolahnya ga ada sistem input SIDANIRA ya, karena saya pun ga paham bagaimana solusinya hehe.

Ok lanjut ya. Sesudah nilai anak-anak masuk, kita akan menghadapi tanggal tertentu untuk mendaftar. Sebelum mendaftar, kita wajib membuat akun dulu di sistem PPDB Online. Masing-masing jenjang pendidikan diberikan waktu dan tanggal tertentu untuk pembuatan akun.

Selesai membuat akun, kita akan mendapatkan nomor token yang kemudian kita wajib ganti dengan password. Simpan baik-baik passwordnya. Karena jarak antara pembuatan akun ke pendaftaran bisa sampai 3 mingguan loh.
Trus gimana kalo lupa password? Di sistem PPDB Online DKI, ga nyediain fitur RESET PASSWORD. Kalau lupa password pilihannya ya cuma kontak ke hotline yang disediakan untuk dibantu nge-reset password. Atau datang langsung secara fisik ke posko PPDB yang sudah ditentukan untuk minta reset. Agak rumit sih ya kalau menurut saya. Kenapa ga disiapin fitur RESET PASSWORD aja ya?

Lalu tibalah waktu untuk pendaftaran. Pendaftaran online ini dibuka melalui banyak jalur, yaitu:

1. Jalur prestasi akademik. Melalui jalur ini, singkat cerita, siswa bertempur di nilai raport saja. Namun ga berarti rata-rata nilai raport anak kita bagus lalu bisa lolos jalur ini ya guys. Lho kenapa? Karena ada yang namanya persentil nilai rapor? Idih apapula si persentil ini? Apakah dia cukup centil dan melintir? Wkwkw….
Untuk mudahnya persentil raport itu begini ilustrasinya:
Anak saya sekolah di sekolah A. Di sekolahannya, nilai tertinggi rata-rata dari 70 siswa kelas 6 yang sekolah di situ adalah 9. Anak saya yang rata-rata nilainya 8 otomatis jadi urutan ke 20 loh di sekolahannya. Akibatnya lagi, meskipun nilainya keren dapet 8 tapi ya dia tetep di rangking bawah.

Kemudian ada anak bersekolah di sekolah B. Di sekolah B ini, nilai tertinggi dari 100 siswa kelas 6 yang sekolah di situ adalah 7. Wuih nilai 7 udah paling tinggi. Akibatnya, si anak yang rata-ratanya cuma 7, berhasil rangking 1 dong di sekolahannya.

Udah bisa ditebak ya kelanjutannya apa? Anak saya yang dapet rata-rata 8, terpaksa “ngalah” sama anak sekolah lain yang di sekolahannya kebetulan rata2 7 tuh udah nilai tinggi bangets.
Ketika masuk ke sistem online, anak saya pesimis bisa lolos. Kenapa? Karena bisa jadi ada ratusan sekolah lain juga ada yang mengalami kondisi yang sama dengan ilustrasi sekolah B tadi.
Belum lagi nilai 7 mereka itu, nanti oleh sistem akan diolah lagi, dengan mempertimbangkan beberapa aspek, salah satunya akreditasi sekolah. Misalnya anak saya yang rata-rata 8 itu sekolahnya akreditasinya baru B aja, wah udah otomatis semakin (lagi) menurunkan nilainya ketimbang yang akreditasi A.
Kurang lebih kayak gitulah persentil nilai raport itu.
Sedihlah kalo diceritain mah hiks……

2. Jalur prestasi non akademik. Kalau jalur ini, selain nilai raport, juga dilihat dari prestasi di luar akademik. Berapa banyak si anak menang lomba yang tersertifikasi? Bukan lomba tujuh belasan antar RT loh ya. Tapi lomba resmi yang diadakan oleh lembaga pemerintah maupun swasta. Misalnya menang lomba panahan se-kecamatan Duren Sawit. Semakin banyak sertifikat lomba yang berhasil diperoleh, semakin besar kans untuk lolos lewat jalur ini.

3. Jalur Afirmasi. Jalur khusus ini adalah untuk pemegang KJP, anak dari nakes Covid yang ortunya meninggal, anak penyandang disabilitas, dan anak tidak mampu.

4. Jalur zonasi. Jalur yang mendatangkan pro dan kontra di masyarakat sejak PPDB Online memberlakukan jalur ini. Jadi, in the name of pemerataan hak anak untuk mendapatkan sekolah, Pemerintah mengganti rayonisasi dengan jalur zonasi ini. Semakin satu RT RW sama sekolah yang dituju,dan semakin tua usia anak, maka semakin besar kans lolos lewat jalur ini.
Jalur inilah yang mendatangkan kefrustrasian dari banyak siswa: buat apa belajar babak belur demi mencapai nilai tinggi kalo akhirnya kalah sama yang usianya tua. FYI: di jalur zonasi ini, nilai memang menjadi urutan ke sekian. Di jalur ini siswa adu tua-tuaan. Nilaimu tinggi, tapi jika zonasi rumahmu ga langsung satu RT RW sama sekolah plus usiamu masih muda, siap-siap dadah bye bye yaaaa. Jangan kaget kalau ada yang baru masuk SMP dan usianya 14 tahun 2 bulan, dan siswa ini berada di top of the list di sistem zonasi sekolah yang bersangkutan. Karena usianya tertua plus satu RT sama zona sekolah, maka ia lolos paling pertama
zonasi ini pun dibagi 3:
– Zonasi 1: bagi yang berdomisili di RT yang sama dengan RT lokasi sekolah dan siswa yang berdomisili di
RT yang berbatasan langsung/bersinggungan dengan RT lokasi sekolah yang dituju.
– Zonasi 2: bagi yang berdomisili di RT yang berada di sekitar sekolah yang dituju berdasarkan pemetaan
– Zonasi 3: yang berdomisili sama dan atau berdekatan dengan kelurahan sekolah yang dituju

5. Jalur Perpindahan Orang Tua Murid. Diperuntukkan bagi anak-anak yang ortunya terpaksa pindah
domisili karena tugas/dinas dari kantor, dan untuk anak-anak guru. Di jalur ini wajib banget nunjukin
bukti berupa surat pindah tugas dari instansi/kantor ortu siswa yang bersangkutan.

Dari 4 jalur ini, masing-masing ada kuotanya.
1. Jalur prestasi akademik itu biasanya 50an siswa.
2. Jalur non akademik biasanya lebih sedikit, sekitar 15an siswa.
3. Jalur Afirmasi juga sedikit kuotanya, saya kurang paham pastinya berapa karena memang terbagi-bagi
lagi kategorinya.
4. Jalur zonasi. Kuotanya ratusan. Di sekolah pilihan anak saya kuotanya 125 siswa.
5. Jalur Perpindahan Orang Tua, kuotanya juga sedikit, sekitar 5-10 siswa.

Itu tentang jalur ya. Lalu ada pula tahapan. Tahap PPDB Online dibagi menjadi 2 tahap.
Nah pada tahap 1, semua jalur akan dibuka dengan masing-masing tanggal yang sudah ditentukan. Jika sudah mencoba berbagai jalur yang ada dan tidak lulus di tahap 1, maka masih ada kesempatan di tahap 2.
Pada tahap 2 ini, siswa akan memperebutkan bangku-bangku kosong yang ditinggal oleh siswa yang sudah diterima di tahap 1 tapi enggak lapor diri (yang gak lapor diri otomatis kena diskualifikasi). Sudah tentu tahap 2 ini hanya akan menyediakan sedikit sekali bangku kosong, karena rata-rata siswa yang sudah diterima di tahap 1, langsung berbondong-bondong melakukan lapor diri.

Saya menempuh dua jalur. Yaitu jalur prestasi dan zonasi. Pada jalur prestasi, begitu hari H pendaftaran, kita dibolehkan memilih sekolah manapun, meskipun tidak satu zonasi dengan domisili maupun Kartu Keluarga kita.
Mekanisme daftarnya: dalam satu kali pendaftaran kita boleh milih 3 sekolah manapun di DKI Jakarta yang kita mau. Lalu sesudah itu tinggal memantau, apakah anak kita masuk dalam list, atau sudah masuk list tapi mental gara-gara di jam atau hari berikutnya ada saingan lain yang menggeser namanya, atau justru gak masuk list sama sekali akibat nilainya udah kalah jauh dari yang tertera di list.
Nah, jika kita lihat di 3 sekolah pilihan anak kita mental semua namanya, kita boleh kok ndaftar lagi ke 3 sekolah berikutnya. Mental lagi? Coba lagi 3 sekolah berikutnya. Begitu terus sampai pendaftaran tutup di tanggal yang sudah ditentukan. Tentunya kudu tetap memantau ya, apa benar anak kita mental di semua sekolahan yang dituju.
Karena sudah coba dan mental semua di jalur prestasi, kemudian mencoba jalur zonasi. Gimana pengalamannya di jalur zonasi?

Tunggu tulisan saya selanjutnya ya a.k.a bersambung 🙂

3 thoughts on “Pengalaman Mendaftar Sekolah Anak lewat PPDB Online DKI Jakarta (part 1)

  1. fanny_dcatqueen says:

    Mbaaa, kita berpelukan dulu laaaah, sama2 puyeeeeeng ngadapin PPDB online kemariiin 🤣🤣🤣. Tapi Alhamdulillah anakku akhirnya lolos di gel ke3 😂. . Aku udah stress mba, gel 1 beneran ga masuk blaaas. Gel 2 sempet masuk, tapi akhirnya ketendang Ama yg lebih tua. Baru deh gel 3 lolos

    Aku tuh takjub aja, pas anakku ketendang di gel 1&2, itu murid yg diterima usianya ada yg 10 tahun dooooong. Anak kelas 1 SD umur 10 tahun??? 🤣 Luar biasa loooh. 😅. Pantes aja anakku ketendang hahahhaa.

    Skr udah tenang, tapi ntr daftar SMP dan SMU pasti panik lagi wkwkwkwkek

    Like

Leave a comment