Positive Message behind Negative Stories

positive-455580_960_720

gambar dari sini

Di penghujung 2015 kemarin, saya membaca tulisan menarik dan inspiratif di sini (cipika cipiki dulu ama mbak Ninit :). Benar….terkadang kita terlalu over exposed. Apa-apa pengennya dunia tau. Di dunia serba social media begini, segala rupa diceritakan ke publik. Mulai dari makian, mesra-mesraan, keluh kesah-an, sampai hal-hal terdetil dalam kehidupan kita, rasanya pengeeeen banget selalu diupdate ke penjuru dunia.
Padahal, yang cool  itu adalah orang-orang yang bisa memaintain their mystery itu tadi.

Saya teringat, pernah blogwalking ke salah satu blognya blogger beken. Dia cowok, pegawai kantor pajak yang karena hobi nulis akhirnya bukan cuma punya blog tapi punya beberapa buku yang sudah terbit dan menghiasi rak-rak toko buku terkenal. Sudahlah gak usah disebut namanya di sini, yang suka ngeblog pasti udah tau siapa dia. Saya baca beberapa artikelnya. Dia bercerita sangat detil tentang sesuatu yang buat sebagian besar orang malah ditutupi. Perceraian. Buat masyarakat awam, perceraian adalah aib. Di mata Allah pun merupakan perbuatan yang tidak disukai. Tapi dia malah menceritakan terperinci, yang paling detil adalah saat persidangan-persidangan yang ia lalui. Saking detilnya, saat pak hakim masuk ruang sidang pun diceritakan. Proses demi proses sampai ketuk palu tak lupa diceritakan. Dan blognya dibaca jutaan orang.

Kemudian di lain artikel, saya baca seorang editor sebuah web komunitas ibu-ibu, menceritakan dengan gamblangnya relationshipnya dengan suami yang kadang memasuki puncak emosi hingga berantem di depan anak-anak sendiri yang masih kecil-kecil. Belum lagi dia juga pernah sekali menampar anaknya saat emosi tak bisa ditahan lagi.

Itu orang lain. Sekarang saya. Tahun 2009 ketika hamil Alun, ada satu momen yang tidak banyak diketahui orang, terutama kedua orangtua saya sendiri. Saya kontraksi di usia kandungan 7 bulan. Oleh dokter, saya diharuskan dirawat untuk diobservasi. Faktor utama: kecapean, karena saya masih ngantor. Treatment dari dokter? Saya diinjeksi obat pematang paru-paru, diinfus plus sempat dikasih oksigen yang lewat selang di hidung itu. Supaya kalau sampai akhirnya kontraksi terus berlanjut dan anak terpaksa harus dikeluarkan, paru-parunya sudah matang. Horor ya? Saya aja sedih waktu denger kata-kata sang dokter kala itu. Momen ini hanya saya dan suami hadapi berdua, karena tidak mau membuat panik keluarga. Paling saya hanya memberitahu teman-teman kantor karena harus ijin gak masuk sama mereka. Bahkan ketika di kamar perawatan, saya sempet toss sama suami sambil bilang “kita hadapi berdua aja ya. Kita bisa kok”. Dan suami mengamini.

Terus apa lagi? Saya pernah ditabrak mobil pas naik ojek. Singkat cerita si abang ojek ngaku liat lampu udah hijau, dia nyelonong dan dari kanan ada mobil gak mau kalah tetep maju. Ojek berkelit, abangnya selamat, betis kanan saya ditabrak si mobil. Untung gak patah tulang. Untung abang ojeknya mau nanggung biaya rumah sakit. Momen ini juga tidak saya ceritakan ke banyak orang, terutama kedua orangtua yang panikan kalau anaknya kenapa-kenapa.

Lha terus? Tadi katanya maintain the mystery. Lha ini kok malah asik-asik nulis di blog sendiri the mystery itself sih? Jadi maunya apa? Tarik nafas dulu yaaaa…hehehehe.

Terkadang kita hanya nyinyir pada satu keadaan di mana orang sharing banyak hal yang menurut kita aib atau kejadian tidak penting. Tapi pernahkah terpikir oleh kita, bahwa di mindset orang-orang itu (termasuk mindset saya), ada tujuan positif lain? Si pegawai pajak cerita detil soal perceraiannya, supaya orang lain bisa belajar dari pengalaman pahitnya. Supaya yang tadinya punya niatan buat berpisah, menjadi pikir-pikir dulu karena membaca betapa ruwetnya proses mulai dari daftar di Pengadilan Agama sampai proses di ruang sidang. Cerita saya tentang kontraksi akhirnya saya share agar wanita lain yang mungkin saat ini tengah hamil tua, bisa berkaca dari pengalaman hidup saya, bahwa jangan terlalu kecapean karena bisa memberi impact lanjutan pada kehamilan kita. Cuma gara-gara ketabrak mobil seiprit aja semua orang harus tau? Supaya yang lain kalo mau naik ojek atau motor sendiri bisa sabar-sabar di tengah jalanan Jakarta yang semakin hari semakin egois ini. Supaya kalo naik motor mbok ya ga usah gegayaan selap selip padahal space-nya juga gak memungkinkan. Cerita sang editor soal private rumah tangganya buat apa? Supaya ibu-ibu lain yang kebetulan membaca artikel itu gak mengulangi apa yang sudah ia buat ke suami dan anaknya. Gak ada bagus-bagusnya konflik sama pasangan, apalagi kelepasan dan akhirnya KDRT ke anak.

Positive message behind negative stories. Itulah inti cerita artikel ini. Mau menyimpan dan tidak expose apapun boleh. Tapi ketika ada orang yang expose cerita yang gak penting, coba pikirkan dulu….mungkin memang ada niatan mulia dari dia agar banyak orang bisa belajar dari pengalaman hidupnya. Be exposed but also be wise 🙂

4 thoughts on “Positive Message behind Negative Stories

  1. fanny_dcatqueen says:

    Setuju mba :). Kitanya juga hrs bisa memilah2 mana cerita yg bisa memberikan positive message untuk kita sendiri atopun org lain. Dengan membaca artikelnya pasti tau kok, apa ada pesan yg bisa kita ambil dr sana. Kliatan juga mana artikel yg isinya hanya aib diumbar, tanpa ada solusi dan pesen positif. Kalo yg begitu, akupun LBH milih utk stop baca drpd malah jd berfikir jelek juga ke penulisnya 😀

    Liked by 1 person

    • imeldasutarno says:

      Halo mbak Fanny, wah ini postingan lamaku dan ada komen baru masuk. Senangnya…. Semoga ke depannya banyak orang tidak sekadar mengumbar aib mereka yadi sosmed/blog, tetapi mengirimkan “pesan dan hikmah” di balik penulisannya 🙂

      Like

Leave a comment