Jalan-jalan ke Museum Transportasi TMII

Tiap punya cerita jalan-jalan, rasanya sayang kalo gak didokumentasiin ke blog atau sosmed. Iya. Buat kenang-kenangan di kemudian hari. Bukan cuma buat anak-anak, tapi buat saya dan pak suami juga.

Lebaran tahun ini kami memang gak mudik. Tapi bukan berarti gak jalan-jalan. Dan jalan-jalannya pun yang murmer aja. Nah ini masih di satu hari yang sama dengan jalan-jalan ke Keong Mas. Silakan baca cerita yang Keong Mas di sini ya.

Jadwal nonton di Keong Mas adalah jam 13.00 WIB. Pak suami bilang kita jangan ngepas masuk ke TMII nya mendekati jadwal film. Jadilah dari sekitar jam 10 pagi kami sudah berada di dalam TMII. Untuk menunggu waktu, kami putuskan jalan-jalan ke Museum Transportasi.

Museum ini letaknya berseberangan dengan Museum IPTEK. Harga tiket masuknya hanya Rp5,000 saja per kepala. Dari luar view museumnya menjanjikan. Arsitektur bangunannya gak biasa. Luasnya mencapai 6,25 hektar. Dalam area seluas ini, semua alat transportasi baik darat laut maupun udara ditampilkan dalam wujud aslinya.

20190610_101043-800x600

Tampak depan museum. Arsitekturnya oke punya

Sebelum masuk ke dalam bangunan, ada menara suar yang dibangun tahun 1879 dan dulunya dioperasikan di Kepulauan Natuna.

20190610_105121-600x800
20190610_101407-800x600

Begitu masuk ke dalam ruangan pamer lantai 1 kita disuguhi dengan aneka replika alat transportasi yang disimpan dalam kotak-kotak kaca, dan juga aneka maket mulai dari maket pelabuhan, bandara, dan lain-lain.

20190610_113321-800x600

Aneka replika alat transportasi

20190610_113332-800x600

20190610_110317-800x600

Naik ke lantai 2, bangunan dibagi dalam 3 anjungan yaitu Anjungan Transportasi Darat, Laut dan Udara.

Di anjungan udara sendiri, nyata disponsori oleh Garuda Indonesia sebagai salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Sehingga sebagian besar items yang dipamerkan di bagian ini adalah produk Garuda. Mulai dari perjalanan sejarahnya, aneka gambar dan replika pesawatnya, kostum pramugari dari tahun ke tahun, dan masih banyak lagi.

20190610_110011-800x600

Di anjungan laut, kita bisa melihat aneka perahu dan replika kapal laut. Bahkan perahu karet pun turut menghiasi ruang pamer di sini.

20190610_110108-800x600

20190610_110340-800x600

20190610_105711-800x600

Di anjungan darat, mulai dari dokar, becak, becak motor, sepeda onthel, bahkan gerobak pun dipamerkan di area ini.

20190610_105611-600x800

20190610_104952-600x800

Nah bagian luar museum tak kalah serunya untuk dijelajahi. Bagaimana tidak? Alat transportasi dalam wujud asli dipamerkan, mulai dari helikopter milik BASARNAS, aneka lokomotif dan kereta api uap, pesawat Garuda Douglas DC9-32 Series, aneka bis kota yang legendaris, taksi Bluebird keluaran pertama, sampai kapal dan lampu navigasi pun ada. Bahkan peti kemas dalam ukuran sebenarnya juga ada di sini.

20190610_100622-800x600

20190610_112415-800x600

20190610_100521-800x600

20190610_102528-600x800

Bade mudik heula abdi mah

 

20190610_102626-600x800

Maafin wajah anak ambo yang sengaja dijelek-jelekin. Lagi umur-umurnya dia sengaja provokasi orang pake foto jelek begini hahaha….ngerusak foto banget yak

20190610_102743-800x600

20190610_111418-800x600

Sekedar intermezzo, melihat bis kota yang dipajang, saya teringat masa kecil dulu sering diajak ke mana-mana oleh nenek dengan menggunakan bis PPD berwarna biru baik yang tingkat maupun tidak bertingkat. Biasanya ke Pasar Senen atau sekalian ke Blok M 🙂 Dulu ongkosnya kalau tidak salah hanya Rp300 saja.

Tersedia pula kereta kayu keliling yang bisa dinaiki pengunjung dengan membayar tiket tambahan. Saya lupa berapa harganya. Karena kami juga tidak sempat menaikinya jadi saya gak tanya juga ke petugas soal harganya. Kereta tersebut rutenya hanya berkeliling sepanjang rel di area museum saja. Jalannya lambat sekali. Eh kok tau? Nah jadi beberapa bulan lalu, Lintang dan sekolahnya sebetulnya melakukan field trip ke sini, dan semua anak-anak diajak ibu guru naik kereta keliling ini. Dari video yang dikirim ibu guru ke grup WA ortu, saya jadi tau betapa lambatnya si kereta berjalan. Sebetulnya kereta ini sepintas adalah kereta uap karena klaksonnya khas banget, namun ada info yang mengatakan bahwa penggerak utama kereta justru aki, hehe….

Selain kereta keliling, pengunjung juga bisa masuk ke dalam pesawat Garuda Douglas DC9-32 Series. Dengan membayar tiket tambahan Rp5,000 kita bisa masuk ke kokpit dan kabin pesawat. Sayang arena ini dibuka hanya Sabtu dan Minggu sementara kami berkunjung ke sana hari Senin.

20190610_101854-800x600

20190610_102956-800x600

20190610_113842-600x800

20190610_114201-600x800

20190610_114252-800x600

20190610_115008-600x800

20190610_102154-800x600

Masinis abal-abal

 

20190610_114456-600x800

di dalam kabin kereta tua

20190610_112832-600x800

20190610_113634-600x800

Rel kereta keliling itu

Bagi yang senang berselfie ria, museum transportasi ini menyajikan banyak spot menarik dan legendaris untuk berfoto. Tidak perlu takut juga jika tiba-tiba lapar atau haus. Di gerbang keluar museum yang letaknya sejajar dengan gerbang masuk, ada tukang mie ayam dan bakso plus es cincau mangkal. Tersedia kulkas yang dipenuhi minuman dingin juga. Tinggal siapin uang yang banyak untuk jajan.

Terbersit pertanyaan, kenapa harga tiket murah namun museum ini well maintained? Iya bener terawat loh. Kami berkunjung ke sana, ruangan begitu bersih dan di sana-sini nampak banyak petugas yang tengah membersihkan aneka replika alat transportasi, membersihkan kaca, menyapu halaman luar, dan petugas keamanan yang sigap patroli. Toiletnya pun bersih. Nah saya mencoba cari info. Dan rupanya, Kementerian Perhubungan memang benar-benar serius merawat museum ini. Menggandeng beberapa BUMN di bidang transportasi seperti Garuda Indonesia dan Kereta Api Indonesia, Kemenhub berkomitmen untuk terus melestarikan dan terus mengembangkan keberadaan museum. Karena tentunya butuh anggaran, Kemenhub tidak segan mengajak BUMN untuk menggandeng swasta. Dan tetap berkomitmen untuk terus menambah koleksi di museum, seperti misalnya yang sebentar lagi akan menghiasi ruang pamer yaitu MRT. Tekad Kemenhub adalah: setiap alat transportasi baru wajib ada replika/miniaturnya di museum ini.

Karena keterbatasan waktu dan harus segera menuju Keong Mas, kami tidak sempat eksplor lebih jauh. Masih banyak bagian museum yang terpaksa kami lewatkan terutama aneka lokomotif tua yang memang butuh waktu untuk menjelajahinya satu per satu. Seru, senang dan kapan-kapan rasanya ingin balik lagi berkunjung ke sini.

Buat kalian yang masih bingung mau memanfaatkan waktu liburan, cobain yuk datang ke sini. Jangan lupa baterai dan memori hape harus penuh supaya puas berselfie ria.
Yang terakhir, ingatlah untuk selalu menjaga kebersihan ya selama berada di museum 🙂
signature

 

4 thoughts on “Jalan-jalan ke Museum Transportasi TMII

Leave a comment