6 Kriteria Memilih TK untuk Anak

school1

gambar dari sini

Dulu waktu orangtua saya mau memasukkan anak-anaknya ke sekolah, kayaknya enggak ribet kayak jaman sekarang ya? Iyalah, jaman berubah, kondisi lingkungan juga berubah. Jaman dulu masukin anak ke sekolah mana aja, hayu.

Pertimbangan-pertimbangannya gak seberat ortu jaman sekarang.  Nah sekarang giliran saya menyekolahkan cucunya ibu bapak saya nih. Rempong sudah pasti. Pilih sini pilah sana. Padahal waktu itu tahun 2014, baru mau masuk TK. Lantas, apa saja sih yang menjadi kriteria saya dan pak suami memilih sekolah untuk anak? Berikut beberapa poin tersebut:

  1. Lingkungan yang aman dan kondusif.
    Wow kenapa ini di nomor 1? Jaman sekarang cyiiin, teknologi udah merambah tanpa batasan usia. Internet bisa dinikmati semua kalangan umur. Pergaulan makin bebas. Anak-anak kecil sudah dengan mudahnya mengakses pornografi dan kekerasan via internet. Bullying sudah terdengar seperti lumrah di mana-mana sebagai salah satu dampak mudahnya akses anak-anak terhadap kekerasan (bisa karena lihat di game yang sebenarnya diperuntukkan bagi orang dewasa, atau via film yang bisa diakses di YouTube). Kalau sudah begini, pastilah orangtua akan langsung berpikir bahwa anaknya harus bersekolah di sekolah yang AMAN. Sekeren apapun kurikulum, ruang kelas, dan deretan ekskul unggulan di sekolah yang bersangkutan, jika lingkungannya tidak kondusif, hmmm pasti mikir-mikir lagi ya.
    Alhamdulilah rejeki memang gak jatuh di tempat yang salah. Anak saya bersekolah di TK yang memiliki kriteria ini. Sekolah Islam yang dikelola yayasan tersebut terbilang aman.

    bully

    gambar dari sini

    – Staf, guru, termasuk satpam kooperatif. Khusus guru, terbuka untuk berkomunikasi 24 jam, karena sekarang jamannya Whatsapp dan aneka jenis chatting online lainnya. Kita bisa memantau aktivitas anak termasuk jika anak terlibat hal-hal aneh entah dengan teman sekelas atau antar kelas, kita bisa langsung tau lewat laporan guru wali kelasnya. Pun sebaliknya kalau kita mendapat laporan dari anak misalnya dia sering dipukul sama salah satu teman sekelasnya, kita tingga kroscek ke wali kelas, dan ini pernah kejadian di anak saya. Besoknya wali kelas segera menyelesaikan persoalan itu dengan pendekatan yang sesuai dengan usia anak saya dan temannya.
    Semua guru wajib mengenali semua anak muridnya walaupun dia bukan wali kelas si anak.

    school3

    gambar dari sini

    Saya takjub ketika semua guru dan kepala sekolahnya mengenal anak saya, menyapa namanya ketika berpapasan seolah-olah sudah akrab sejak bertahun-tahun lamanya.  Padahal dalam satu angkatan, ada sekitar 80 siswa. Dan saya perhatikan bukan hanya terjadi pada anak saya, tapi semua siswa yang berada di sekolah itu. Senang rasanya karena dengan demikian memang para guru care a lot sama semua siswa tanpa membedakan. Jadi anak bukan dikenal karena dia punya prestasi keren atau justru sebaliknya menjadi anak paling bandel saja. Semua punya hak sama yaitu diperhatikan dan menjadi anaknya bu guru (di TK ini, semuanya bu guru, tidak ada pak guru 🙂 )
    Setiap penjemput wajib membawa ID Card yang sudah terdaftar dan dicetak sekolah, sehingga tidak sembarang orang bisa menjemput. Anak akan ditahan di kelas oleh wali kelas jika penjemput yang seharusnya belum datang. Dan inipun bisa mencegah bullying yang biasanya terjadi di luar lingkungan sekolah ya.
    Satpam sekolah ini terdiri dari 2 laki-laki dan satu satpam perempuan yang siap sedia bergantian menjaga gerbang sekolah agar tidak dimasuki sembarang orang.
    Anak yang mau buang air besar, diantar oleh seorang helper wanita ke kamar mandi. Karena tarafnya masih TK, banyak yang pada belum pinter buang air dan membersihkannya sendiri. Sang helper ini yang siap sedia membantu anak-anak.

  2. Kurikulum sekolah. Sekolah yang baik adalah yang kurikulumnya tidak carut marut, jelas dan mudah diikuti baik oleh siswa maupun orang tua.
    – Alhamdulilah TK anak saya ini menerapkan sistem sentra. Jadi setiap hari anak akan selalu berpindah kelas sesuai jenis sentranya : balok, seni, leadership, logic&math.

    school2

    gambar dari sini

    Gurunya akan selalu ganti sesuai kelas yang ia masuki. Sesudah muter, nanti ending-nya balik ke kelas sendiri dan kemudian bercerita pada wali kelasnya apa yang dialami waktu masuk ke sentra tadi. Rasanya sudah semakin banyak TK yang menggunakan sistem sentra ini ya? Pada setiap pembagian raport, raportnya njelimet kalo buat ortu yang baca, karena menjelaskan perkembangan anak di setiap kelas sentra dan di setiap detil kegiatan yang ia ikuti di sentra tersebut.
    – Selain itu, tidak diajarkan calistung secara strict. Hanya disambi sebagai permainan. Sesuai banget sama peraturan pemerintah yang memang tidak memperbolehkan calistung diajarkan di TK.
    – Sementara untuk pendidikan agama, karena ini sekolah Islam tentunya mendapat porsi lebih besar. Jika mau masuk ke SD yang satu yayasan dengan TKnya, syaratnya sudah harus lulus iqro, minimal iqro 3. Kurang dari itu, tidak diterima.
    – Kemudian ada layanan psikolog sekolah yang akan menilai setiap anak melalui serangkaian tes. Tes tersebut berguna untuk menentukan kematangan si anak, apakah jika ia sudah duduk di TK B, dia sudah layak untuk meneruskan ke SD atau malah sebaiknya mengulang lagi karena secara psikis emosional belum matang?
    – Selain itu di sekolah anak saya sudah dibangun ecopark seperti di Ancol tapi kecil-kecilan. Memanfaatkan tanah milik yayasan yang jaraknya di sebelah sekolah, dibangunlah ecopark yang intinya mengajarkan pada anak bahwa orang bekerja itu bukan hanya jadi guru, dokter, PNS, dosen, arsitek, tapi juga bisa menjadi petani sayur atau peternak ikan lele. Di ecopark ini, anak-anak diajar menanam mulai dari benih, kemudian merawatnya sampai akhirnya panen sayur-sayuran. Mereka diajar bahwa untuk menghasilkan sesuatu (panen sayur) harus ada proses panjang yang perlu kesabaran dan ketekunan. Ada pelajaran mengenai perjuangan di sana. Tiap dua minggu sekali siswa bergiliran mengunjungi ecopark ini.

  3. Lokasi yang aman dan dekat dari rumah.
    Aman ini berarti tidak terlalu dekat dengan keriuhrendahan jalan raya. Gak kebayang kalo anak-anak kita keluar sekolah, gak sadar main kejar-kejaran sampai tepi jalan, dan ditabrak kendaraan bermotor. Sekolah anak saya saat ini, letaknya benar-benar dalam komplek perumahan, yang kiri kanannya rumah penduduk. Mau ke arah jalan raya besar mesti jalan dulu sekitar 300 meteran.
    – Kemudian kenapa memilih dekat?

    traffic jam

    gambar dari sini

    Kebayang kalau sekolah anak kita letaknya 13 kilo dari rumah dan dia sehari-hari harus berjibaku dengan kemacetan Jakarta yang semakin gila ini. Sudahlah beban pelajaran di sekolah dirasa berat, ditambah lagi harus stress ngeliat macet. Dan bukan hanya anak yang merasakan deg-degan takut telat dan stress, tapi juga orangtuanya loh. Alhamdulilah sekolah anak letaknya hanya sekitar 700 meter dari rumah. Pagi hari pun gak pernah kami hadapi dengan grabag grubug mempersiapkan ini itu. Lokasi yang dekat ini pun keuntungannya: jika anak mengadapi masalah atau ada insiden/celaka di sekolah, orangtua juga bisa cepat menjemput ke sekolah. Cara mengantarnya juga bisa dengan aneka moda trasnportasi. Mulai dari jalan kaki, naik sepeda, sampai naik motor/mobil, semuanya bisa.

  4. Posisi ruangan kelas.
    school4

    gambar dari sini

    Saya pernah survey ke sebuah yayasan sekolah yang dalam satu komplek ada TK sampai SD. Lahan yang digunakan sekolah swasta itu memang sempit. Jadi begitu pula penataan ruang-ruang kelasnya yang terkesan : di mana ada space di situ kita bangun ruang. Alhasil berliku-liku dan super sempit jadinya. Yang paling bikin ilfil: ruang kelas 1 SDnya  bersebelahan dengan WC, terletak di dalam lorong gelap yang tidak terpapar sinar matahari, dan di sebelah ruang kelas 1 (memang sih pakai AC) itu adalah mushola SD. Tidak terpapar matahari, masuk ke lorong yang tidak terlihat langsung dari halaman sekolah is a big no no for me. Sinar matahari penting untuk kesehatan, sudah gak perlu saya jelaskan panjang lebar. Masuk lorong yang gak keliatan dari luar: kalo anak kita di bully di situ siapa yang mau liat? Apa saya terlalu parno? Rasanya sih enggak ya kalo pake kondisi jaman sekarang.

  5. Kebersihan WC.
    toilet

    gambar dari sini

    Wah pentingkah ini? Penting banget buat saya. Saya orangnya jijikan, dan rejeki saya cuma mentok di WC jorok selama bersekolah mulai dari SD sampai SMA yang kebetulan memang negeri. Bukan bermaksud merendahkan mutu di sekolah negeri, tetapi yah…kenyataannya memang seperti itu. Sementara WC di sekolah anak saya ini bersih dan tidak bau. Walaupun hanya WC jongkok, namun rajin dibersihkan nampaknya. Alat cebok tersedia dua: pakai ember dan gayung, dan pakai shower yang airnya enggak empot-empotan alias selalu lancar.

  6. Kesederhanaan proses pembayaran uang sekolah.
    bayar spp

    gambar dari sini

    Di sekolah ini, kami hanya membayar semua di depan dalam satu kali pembayaran (boleh dicicil). Itu semua sudah termasuk uang pangkal, uang perlengkapan sekolah, uang karyawisata, seragam dan lain-lain. Yang dibayar bulanan tinggallah SPP dan uang ekskul. Buat saya ini jauh lebih mudah ketimbang setiap mau ada kegiatan harus bayar lagi dan lagi. Dengan prosedur bayar sekaligus di depan, orangtua sudah gak perlu sibuk-sibuk lagi mengingat-ingat uang apa yang belum terbayar. Saya menulis ini dalam konteks TK swasta ya. karena kalau berbicara TK negeri, bisa beda 180 derajat penjelasannya.

    Itulah 6 kriteria memilih sekolah anak. Ada yang mau menambahkan? Silakan ya 🙂
    signature

9 thoughts on “6 Kriteria Memilih TK untuk Anak

  1. mrs muhandoko says:

    Mau curhat mbak. Aku dulu entah kenapa dibully lho pas jaman TK. Masih keinget sampe sekarang, dan rasanya dibully itu gak enak banget. Haha.
    Aku belum punya anak, tapi sekarang udah kepikiran ntar mau nyekolahin si anak dimana. Tfs ya….
    *btw iya, aq males sama toilet jorok*

    Like

    • imeldasutarno says:

      Eaaaa kenapa dah dibully masih TK gitu na? Mudah-mudahan nanti kalau sudah punya anak, udah gak ada bully2an lagi ya. Soal toilet rasanya semua orang sama: gak suka sama toilet jorok walopun yang jaga toilet seganteng Johny Depp sekalipun *lhah?*

      Liked by 1 person

Leave a comment