Masih tentang kulineran seputaran Jatiwaringin, Jakarta Timur. *ketauan enggak gaul bingit yow? Maennya cuma muter di situ doang. Tepatnya di Pangkalan Jati.
Ada sebuah kedai soto kudus yang sebenarnya terletak di pinggir jalan, namun bangunannya agak masuk ke dalam *macam mana pulak ini penjelasannya?
Iya, jadi maksudnya lokasinya memang di pinggir jalan, tapi karena bagian depannya digunakan untuk lahan parkiran mobil pengunjung, jadi bangunan kedainya ya sesudah parkiran mobil, agak masuk ke dalam. Cukup dipahami? Kalo masih gak paham…saya berenti ngeblog aja deh *lalu nangis di bawah pohon pete.
Kalau dari bon yang saya terima, nama kedainya Soto Kudus Ayam Kampung Kembang Joyo. Tapi di plang dan banner yang tertempel di dalam kedai, gak ada tuh kata-kata Kembang Joyo. Entahlah, biarkan hanya Tuhan dan pemiliknya yang tau soal beginian. Kita mah urusannya makan aja…..dan bayar sesudah makan tentunya 😦
Tuh kan gak ada kata-kata Kembang Joyo nya
Lokasi kedai ini persis di sebelah toko sepatu Bata, dan berseberangan dengan Ropisbak Ghifari. Kalau alamat tepatnya sudah pasti Jalan Jatiwaringin Raya cuma nomornya embuh berapa. Liat deh di bannernya blas gak ada alamat lengkap kan? Yah pokoknya kalau berniat ke sini, cari-cari sendiri aja ya. Patokan utamanya sekali lagi: toko sepatu Bata.
Soto kudus di kedai ini, menggunakan ayam kampung asli. Disajikan terpisah maupun campur dengan nasi. Soto kudusnya aja seharga Rp11,000. Mangkoknya mini alias kecil. Berbeda dengan soto kudus Gudang Seng di daerah Kalimalang yang sering juga saya datangi, di sini soto tidak menggunakan soun. Hanya ada toge, ayam, daun bawang seledri dan irisan bawang putih goreng yang banyak di dalam kuah sotonya. Sebagai teman makan soto kudus, seperti biasa ada sate telur puyuh, sate paru, perkedel, lalu ada pula tempe bacem. Plus aneka kerupuk dalam plastik yang tersaji di masing-masing meja pengunjung.
Untuk minumannya juga tersedia aneka jus dan minuman standar lainnya.
Nah ini penampakan soto nya ya
Enaknya, kedai ini tidak ramai dan riuh. Meja untuk pengunjung hanya tersedia kurang lebih 6 meja ukuran standar 4 orang per meja. Menurut pak suami, yang berkunjung ke sini nampaknya sudah pelanggan tetap. Kenapa? Karena letak kedai yang menjorok ke dalam yang sudah pasti kelewatan banget kalo ada orang awam mampir, namun ada saja pengunjung yang makan di sini. Artinya, mereka-mereka ini adalah pelanggan yang memang sudah paham betul lokasi kedai dan sering makan di sini.
Selesai menyantap soto kudus, kebiasaan pak suami dilaksanakan. Apakah itu? Jadi sekarang kalo kami makan di luar rumah, entah resto, kedai, apapun namanya, pak suami membudayakan ke istri dan anaknya “bantu bersih-bersih”. Semua peralatan makan seperti piring sendok garpu gelas mangkok dll, diusahakan ditumpuk. Sampah-sampah seperti bungkus plastik bekas kerupuk, tissue, dll juga disatukan. Jadi nanti kalau kami sudah beranjak dari tempat makan, waitress tinggal mengangkut tumpukan peralatan makan yg sudah kami bantu susun. Cuss di bawa ke dapur deh buat dicuci. Memudahkan para waitress aja sih tujuannya. Kayak foto di bawah ini maksudnya:
Untuk total makan bertiga (anak bungsu paroan sama kakaknya pas makan), habis Rp68,000. Ini bonnya :
Secara rasa, sama aja kayak soto kudus pada umumnya. Saya pribadi belum merasa ada sesuatu yang super spesial dari rasa makanannya. Tapi kalau disuruh balik lagi ke sini saya mau banget. Karena cocok dengan lidah Indonesia saya banget, plus tempatnya enggak rame. Harganya juga masih terjangkau kok.
Buat yang pengen ikutan nyobain, cuss lah datang. Cari aja toko sepatu Bata di daerah Pangakalan Jati-Jatiwaringin Raya. Karena di sebelahnya Anda dapat mengisi perut dengan cita rasa khas Indonesia *ini kok bahasanya mirip presenter2 kekinian yak?
Wah jadi kepingin coba deh. Nanti kalau pas pulang ke planet bekasi mampir ah kesana.
LikeLiked by 1 person
mbak didi makasih udah mampir di blogku. Iya monggo mbak…eh Bekasi dah jadi planet sekarang? wahahaha…
LikeLike
Iya sudah terpisah jauh dari Jakarta Timur. Hihihihi
LikeLiked by 1 person
aaaah, aku tiba2 lapar lagi setelah melihat foto n baca postingan ini
LikeLiked by 1 person
mbak Liza terima kasih sudah mampir dan baca ya. Ahahaha maafin bikin kamu laper mbak 🙂
LikeLike
Kak Mel, jajananmu juaraaaa..aku tuh doyan yang beginian…huaaaaa laper
LikeLiked by 1 person
aiih mbak Dew…aku jajannya pinggiran, enggak pernah ke emol makanya model makanannya ga ada yang keren dan western begini wahahaha. Hayo dibikin di Denmark, bisa gak? hehehe….
LikeLike